Keajaiban Tato Suku Mentawai: Jejak Sejarah Tato Tertua di Dunia dan Filosofinya

Keajaiban Tato Suku Mentawai: Jejak Sejarah Tato Tertua di Dunia dan Filosofinya

Tato Mentawai adalah tato tertua di dunia, dia punya filosofi yang mendalam (ilustrasi)

Batam, Batamnews - Tato atau rajah, suatu bentuk seni tubuh yang melibatkan penggunaan pigmen dalam kulit, memiliki beragam makna dan simbolisme di berbagai budaya.

Di negara-negara Barat, tato umumnya diterima dan banyak penduduknya memiliki tato di tubuh mereka sebagai bentuk ekspresi diri. Namun, di Indonesia, tato seringkali dianggap sebagai hal tabu karena larangan agama, terutama dalam agama Islam, dan sering dianggap sebagai tanda kenakalan.

Baca juga: 5 Atlet Kepri Raih Medali SEA Games 2023, Gubernur Ansar: Jadikan Motivasi!

Namun, apakah kamu tahu bahwa tato adalah bagian penting dari kehidupan suku Mentawai? Bahkan, seni tato suku Mentawai dianggap sebagai tato tertua di dunia yang memiliki sejarah panjang dan filosofi mendalam.

Menurut laporan dari goodnewsfromindonesia.id, suku Mentawai dari Sumatra Barat memiliki tradisi yang kaya dalam penggunaan tato, yang bahkan telah menjadi bagian integral dari identitas mereka.

Tato suku Mentawai tidak hanya sederhana, tetapi juga memiliki makna dan simbolisme yang mendalam. Setiap tato yang dilukiskan pada tubuh suku Mentawai memiliki filosofi yang unik dan menjadi penanda status sosial dan profesi mereka.

Baca juga: Warga Bintan Curhat ke Wakapolres: Balap Liar Ganggu Kenyamanan Masyarakat

Secara umum, tato bagi suku Mentawai berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan jati diri serta perbedaan status sosial dan profesi. Selain itu, tato juga menjadi simbol keseimbangan alam, di mana benda-benda dan makhluk hidup seperti batu, tumbuhan, dan hewan diabadikan melalui lukisan pada tubuh mereka, karena dipercaya bahwa semua memiliki jiwa.

Ada motif tato khusus yang diperuntukkan bagi dukun sikerei, tetua, atau dukun adat, yang berbeda dengan motif tato untuk ahli berburu. 

Motif tato bagi ahli berburu umumnya melukiskan binatang yang telah mereka tangkap, seperti rusa, kera, babi, buaya, dan burung. 

Sementara itu, motif tato untuk dukun sikerei menggambarkan binatang sibalu-balu yang dilukis di dada.

Baca juga: Daftar 5 Atlet Kepri Sukses Raih Medali di SEA Games Kamboja 2023

Selain motif-motif tersebut, terdapat juga motif khas yang dikenal sebagai tato Mentawai, yaitu garis-garis yang ditorehkan dengan jarak tertentu. Rumusan jarak ini biasanya diatur dengan menggunakan jari, dan masih banyak lagi motif lainnya yang memiliki fungsi dan filosofi masing-masing.

Sejarah Seni Tato

Sejarah seni tato Mentawai sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1769 dalam catatan tulisan James Cook. Encyclopaedia Britanniica juga mencatat bahwa tato tertua ditemukan pada mumi di Mesir pada tahun 1300 SM. Namun, dalam rentang waktu logam antara tahun 1500 SM-500 M, suku Mentawai, sebagai bagian dari bangsa Proto Melayu, bermigrasi dari daratan Asia atau Indocina, tepatnya dari Yunan.

Ketika dilakukan penelitian pada Senin budaya dingin di Vietnam, ditemukan adanya kemiripan seni tato dengan seni tato Mentawai. Motif yang mirip juga ditemukan pada beberapa suku lainnya, termasuk suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquess, dan suku Maori di Selandia Baru.

Baca juga: Cen Sui Lan: Revitalisasi Jalan Nasional di Dabo Singkep Dianggarkan Rp 52 Miliar

Berdasarkan catatan ini, tato Mentawai dapat disimpulkan sebagai tato tertua di dunia dengan sejarah yang panjang dan kaya akan filosofi.

Namun, tato suku Mentawai tidak hanya sekadar menggambar dan melukis di tubuh mereka. Ada proses yang harus dilalui sebelum tato tersebut diterapkan.

Kapan Tato Mulai Dipakai?

Upacara inisiasi yang disebut Punen Enegat harus dilakukan terlebih dahulu dengan dipimpin oleh dukun sikerei dan diikuti oleh seluruh masyarakat suku Mentawai. Dalam upacara ini, tuan rumah menyembelih babi dan ayam, dan hasil dari penyembelihan tersebut dimakan bersama para tamu punen sebagai upah bagi dukun sikerei.

Setelah upacara selesai, penatoan dimulai. Proses penatoan ini terdiri dari tiga tahap yang dilakukan pada usia tertentu. Tahap pertama dilakukan saat seseorang berusia 11-12 tahun, dan tato diterapkan di bagian pangkal lengan. Tahap ini melibatkan panggilan sikerei dan rimata, yang merupakan kepala suku, untuk merundingkan hari dan bulan yang tepat untuk pelaksanaan penatoan.

Baca juga: Jeju Air Mengoperasikan Penerbangan Charter Menuju Batam: 189 Turis Korea Tiba di Bandara Hang Nadim

Tahap kedua dilakukan saat seseorang berusia 18-19 tahun, dan tato diterapkan di area paha. Tahap ini juga melibatkan pemilihan seniman titi (tato) dan penentuan hari dan bulan yang tepat.

Tahap ketiga dilakukan pada usia lebih dari 19 tahun, dan pada tahap ini tato diterapkan di berbagai bagian tubuh, seperti tulang rusuk, telapak tangan, kaki, dan perut.

Proses penatoan dilakukan dengan menggambar motif menggunakan lidi, dan setelah motif tergambar, jarum patiti yang memiliki tangkai kayu digunakan untuk menusuk kulit secara perlahan agar pigmen warna dapat masuk ke dalam lapisan kulit.

Penatoan ini dilakukan di paturukat, yaitu galeri milik seniman, yang merupakan tempat yang sakral bagi suku Mentawai.

Dengan proses yang rumit dan filosofi yang mendalam, tato suku Mentawai tidak hanya menjadi simbol identitas dan status sosial, tetapi juga mempertahankan warisan budaya yang berharga dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan suku Mentawai.

Dengan adanya tato suku Mentawai yang menjadi tato tertua di dunia, semakin jelaslah betapa pentingnya melestarikan keanekaragaman budaya dan menghormati warisan tradisional yang dimiliki oleh suku-suku di Indonesia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews