Viral, Kades Tatoan di Banjarnegara Disukai Warga Karena Kedermawanannya

Viral, Kades Tatoan di Banjarnegara Disukai Warga Karena Kedermawanannya

Hoho Alkaf. (Foto. ist)

Banjarnegara - Masyarakat biasanya menganggap bahwa orang mempunyai tato di tubuh adalah orang kurang baik atau mempunyai citra buruk. Mereka banyak yang dicap sebagai kriminal atau preman karena bertato.

Bahkan jika tato terletak dibagian tubuh yang mudah terlihat kadang mempersulit bagi pemiliknya untuk mendapatkan pekerjaan, akan tetapi anggapan seperti itu ditepis oleh Hoho Alkaf.

Hoho Alkaf (34) adalah Kepala Desa Purwasaba Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Dia adalah pejabat bertato yang sangat dicintai oleh warganya. Dia anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan suami istri dari almarhum H. Siswoyo Siswoharsono dan almarhumah Hj. Sri Hartati.

Ditemui di sela-sela rapat di Aula Desa, Kapala Desa yang masih muda dan keren itu mengungkapkan tentang tato kepada beritaglobal.net, Kamis (30/07/2020).

Masyarakat melihat pemimpin bertato ada yang suka, akan tetapi ada juga yang tidak suka. Karena bertato dianggap pernah bersalah atau kurang baik, namun anggapan itu mulai berubah. Apakah seorang yang dulu pernah bersalah tidak bisa untuk berusaha lebih baik? "Istilahnya seorang pendosa menuju hijrah kearah yang lebih baik daripada sebelumnya," katanya.

Lebih lanjut suami dari Erna Widiastuti, S.K.M., menjelaskan, tato adalah sebuah seni, dan saya sebagai kepala desa harus bisa menjadi bapak dari masyarakat desa Purwasaba.

Dan dengan jabatan, saya akan mengabdikan seluruh jiwa raga dengan segala kemampuan yang saya miliki untuk masyarakat Desa Purwasaba ke arah yang lebih baik daripada pendahulu saya.

"Di desa Purwasaba bukan hanya saya yang mempunyai tato, akan tetapi ada perangkat lain yang bertato dan disukai olah warganya. Jadi anggapan tentang orang bertato yang identik dengan kriminal dan preman itu saya anggap hanya oknum saja," tegasnya.

Hoho menandaskan, Insya Allah dalam waktu dekat saya akan membeli mobil ambulan untuk membantu warga sakit dan butuh rujukan secara gratis. "Ini saya lakukan karena saya sangat prihatin melihat orang yang kurang mampu untuk berobat dan sakit parah masih terbebani oleh biaya mobil ambulan yang sangat mahal," bebernya.

Menurutnya, dia akan memberikan tanpa mengurangi pendapatan desa. Karena dia akan membelikan mobil ambulan dengan uang saya sendiri bukan menggunakan uang desa.

"Saat ini, saya harus fokus ke masyarakat desa Purwasaba supaya semakin maju dan tidak ketinggalan dengan desa lain. Selain itu, saya juga harus fokus ke study saya di S2 di Unsoed," pungkas bapak satu anak tersebut.

Salah satu warga Desa Purwasaba yang tidak mau namanya disebutkan saat ditemui beritaglobal.net mengatakan, pak Hoho adalah seorang pemimpin yang sangat baik walaupun beliau bertato, akan tetapi seorang yang rajin beribadah dan bertanggung jawab kepada masyarakat desa Purwasaba .

"Sebelum jadi kepala desa, pak Hoho adalah orang yang selalu perhatian kesiapapun dan sering membantu termasuk ke anak-anak yatim piatu," katanya.

Tetapi, kebaikan beliau tidak pernah mau diketahui orang lain, karena takut dianggap sebagai orang riya. "Bahkan beliau setelah menjadi kepala desa sudah menghibahkan satu unit mobilnya untuk masyarakat desa Purwasaba agar digunakan menjadi mobil operasional masyarakat desa Purwasaba," pungkasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews