Bupati Nizar Komitmen Sulap Daik Jadi Kota Wisata Budaya dan Religi

Bupati Nizar Komitmen Sulap Daik Jadi Kota Wisata Budaya dan Religi

Replika Istana Damnah (Foto:ist/net)

Lingga, Batamnews - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), berkomitmen menjadikan Daik Lingga sebagai Kota Wisata Budaya dan Religi. Daik sendiri merupakan Ibu Kota Kabupaten Lingga.

Saat ini, Pemda Lingga juga sedang menyusun rencana pembangunan trotoar jalan di Kota Daik, mulai dari simpang tiga Dealer Honda hingga menuju ke Lapangan Hangtuah, yang diharapkan DED-nya selesai pada APBD-P 2022 ini. Begitu juga dengan konsep Daik Bandar Madani serta anjungan Kabupaten/Kota se-Kepri di Kota Daik. 

Peningkatan pembangunan tersebut tentunya tidak lepas dari keinginan menjadikan Daik sebagai pusat pariwisata religi dan budaya dengan beberapa desa disekitarnya, yakni Desa Mepar dan Desa Panggak Darat.

Baca juga: Pemekaran Kelurahan Daik di Lingga On Progres, Ini Namanya

Dasar pemikiran itu diambil karena Daik merupakan pusat Tamadun Melayu, sejak era Kesultanan Mahmud Riayat Syah III, dan telah diakui sebagai Bunda Tanah Melayu oleh negara-negara Melayu Serumpun sejak tahun 1991 lalu.

"Wisata sejarah dan wisata religi di Kabupaten Lingga cukup lengkap. Dan kita memang harus fokus ke situ," kata Nizar pada diskusi singkat yang digelar bersama Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Kecamatan Lingga dan Lembaga Adat Melayu (LAM), serta PKK Kabupaten Lingga, Rabu (19/1/2022).

"Seiring dengan program-program Dinas Pariwisata yang telah tersusun. Itu bisa berjalan beriringan. Namun rencana ini memang harus kita keroyok. Agar kita benar-benar siap menjadi daerah pariwisata," sambung orang nomor satu di Negeri Bunda Tanah Melayu itu.

 

Dia mengajak dinas-dinas bersangkutan, untuk berinovasi dengan kerjasama yang baik, sehingga tepat pada waktunya, Daik, Mepar dan Pangggak Darat menjadi tempat wisata budaya dan religi. Rencana tersebut tentu menuntut dukungan dan peran serta masyarakat.

Dari sini, dia menekankan kepada Dinas Pariwisata, Kecamatan Lingga, Bahkan peran PKK Kabupaten Lingga untuk dapat memberikan sosialisasi atau bahkan pelatihan-pelatihan sadar wisata kepada masyarakat, baik itu di Daik sendiri, bahkan di desa-desa bersangkutan.

"Karena kita fokus di Kecamatan Lingga ini. Tentu perlu keterlibatan masyarakat. Ini yang harus kita persiapkan, baik itu dalam memberikan sosialisasi atau pelatihan-pelatihan. Memang masyarakat yang bersangkutan harus siap, misal dalam menyediakan homestay. Maka itu perlu dilakukan gerakan bersama dalam waktu-waktu tertentu," jelas dia.

Baca juga: Pejabat Konsul Amerika Tertarik dengan Wisata Budaya di Kepri

Penataan ini dimaksud sebagai langkah dini, dalam persiapan menjadikan wilayah Kecamatan Lingga sebagai pusat Kota Budaya yang identik dengan wisata budaya dan religi. Namun tidak itu saja, Gunung Daik dan Sepincan bakal menjadi pelengkap, menyuguhkan wisata alam yang menakjubkan.

"Saya yakin dan percaya apabila Malaysia ataupun Singapura sudah dibuka ke Lagoi, sebagaimana janji Pemko Batam, dan Dinas Pariwisata Provinsi, mungkin akan terjawab setiap bulan itu 500 wisatawan," papar Nizar.

Sebagaimana diketahui Kota Daik, memang sudah dikenal sebagai pusat pemerintahan sejak tahun 1787, masa berpindahnya pusat kerajaan dari Hulu Riau oleh Sultan Mahmud Riayat Syah III.

Tentunya sepeninggal para Sultan Melayu ini banyak meninggal bukti, betapa hebatnya tamadun masa dulu di Daik. Budaya melayu yang kental, kearifan lokal, kesenian, keagamaan, pendidikan dan lainnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews