Malaysia Ingin Belajar dari Thailand soal Legalisasi Ganja Medis

Malaysia Ingin Belajar dari Thailand soal Legalisasi Ganja Medis

Ilustrasi.

Kuala Lumpur - Legalisasi ganja untuk medis yang berlakukan di Thailand menarik perhatian Malaysia untuk mempelajari lebih lanjut penerapannya.

Berdasarkan sumber resmi Kementerian Kesehatan, Malaysia saat ini sedang mengembangkan kerangka kerja untuk tujuan itu.

"Kami sedang mengembangkan kerangka kerja kami sendiri untuk penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan, dan ingin belajar dari Thailand," katanya kepada Reuters, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Keinginan itu disuarakan setelah Menteri Kesehatan Thailand menyatakan rencananya untuk bertemu dengan mitranya di sini dalam pertemuan menteri kesehatan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) pekan depan.

Forum tersebut akan digunakan oleh Thailand untuk menunjukkan upayanya dalam 'melegalkan' ganja untuk tujuan pengobatan, sehingga menjadi komoditas ekonomi yang menguntungkan.

Thailand mengizinkan penggunaan medis ganja pada tahun 2018 untuk menghilangkan rasa sakit dan kelelahan, menjadi negara Asia pertama yang 'melegalkan' budidaya ganja dan penggunaannya dalam makanan dan minuman.

Budidaya dan penggunaan ganja untuk rekreasi saat ini ilegal di Malaysia, di mana kepemilikan lebih dari 200 gram ganja dapat dihukum dengan hukuman mati.

Namun, Menteri Kesehatan Malaysia, Khairy Jamaluddin mengatakan impor dan penggunaan ganja medis dengan resep dokter diperbolehkan jika terdaftar dan memiliki izin dari Badan Pengawas Obat.

April lalu, kata Khairy, pemerintah menyambut baik studi klinis untuk penggunaan medis cannabidiol, yang merupakan bahan kimia dalam ganja yang tidak menghasilkan efek halusinogen pada pengguna.

Bulan lalu, kantor berita Bernama melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan menargetkan untuk mulai mendaftarkan beberapa produk cannabidiol tahun depan setelah mempelajari keamanannya, meskipun proses persetujuan untuk budidaya ganja masih panjang.

Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, sebagai orang utama yang bertanggung jawab atas legalisasi ganja untuk tujuan medis, memperkirakan bahwa industri ini dapat menghasilkan hingga lebih dari US$3 miliar (Rp 44,5 triliun) dalam waktu lima tahun.

“Topik pembahasannya adalah bagaimana bersama-sama memajukan kebijakan semacam ini untuk mendapatkan manfaat, baik secara ekonomi maupun medis.

“Kami ingin semua orang mengetahui manfaat dari tanaman ganja ini. Semakin banyak orang yang tertarik dengan bidang ini, maka akan semakin banyak pula pengembangan dan penelitian yang akan tercipta,” ujarnya dalam konferensi pers di Bangkok.

Menurut Thailand, kebijakan ganja negara itu mencakup tujuan pengobatan dan kesehatan, tetapi bukan penggunaan rekreasional, meskipun undang-undang yang ditegakkan dengan tergesa-gesa menciptakan ruang untuk tujuan tersebut.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews