Tradisi Malam 7 Likur di Lingga yang Tak Pernah Hilang Meski Dihadang Corona

Tradisi Malam 7 Likur di Lingga yang Tak Pernah Hilang Meski Dihadang Corona

Salah satu pintu gerbang malam 7 likur di Daik Lingga.

Lingga, Batamnews - Tradisi malam 7 Likur (27 Ramadan) di Bunda Tanah Melayu, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), sudah tidak bisa dipisahkan.

Bagai pemeran seni rupa disudut dan ruas-ruas jalan, ornamen pintu gerbang yang menyerupai masjid, liuk ukir dan kaligrafi yang dibalut cahaya lampu teplok dengan beragam kreasi sedemikian rupa dan warna.

Indah, megah dan selalu menjadi kerinduan tersendiri merayakan malam-malam 10 terakhir Ramadan di Daik.

Baca juga: Pelabuhan Karimun Ramai Kedatangan Pemudik, Warga: Sebelum Dilarang, ya Mudik

Salah seorang warga Daik Lingga, Hairil merasa terharu karena masih bisa menyaksikan kebersamaan orang-orang melayu di Daik, menghias malam-malam terakhir Ramadan.

“Suasana 7 likur ini memang memberi kesan tersendiri. Seperti kembali kemasa-masa dulu, bermain kembang api di rumah. Bertemu banyak orang juga saudara-mara,” ujar Hairil kepada Batamnews, Sabtu (8/5/2021) malam.

Dia menjelaskan, suasana 7 likur saat ini masih ia temukan meski di tengah pandemi Covid-19. Kerabat, tetangga dan persaudaraan dengan suasana di kampung Daik yang ramah, sekaligus pusat ibukota Kabupaten Lingga ini tak jauh berbeda.

Baca juga: Mudik ke Lingga Wajib Rapid Test atau GeNose Mulai 6 Mei

 

Momen-momen seperti malam 7 likur ini, membuat siapa saja yang dirantauan selalu rindu kampung halaman.

"Momen ini juga yang ingin kita beri tahu kepada anak-anak begitu istimewanya bulan puasa dan hari raya di Daik. Sambil mudik, mengenalkan tradisi kepada anak-anak kita yang besar dikampung orang,” katanya.

Sementara itu, warga lainnya Enik juga mengungkapkan hal serupa. Meski ia mengakui ada sedikit perbedaan pelaksanaan malam 7 likur akibat pandemi Covid-19 yang masih belum reda.

Baca juga: Dentuman Meriam Bambu di Bulan Ramadan Perlahan Mulai Hilang

"Semoga pandemi ini segera berlalu. Sehingga tahun-tahun berikutnya kita terus bisa melaksanakan tradisi ini sampai ke anak cucu," harapnya.

Pantauan dilapangan, peringatan malam 7 likur di Daik Lingga begitu meriah. Warga tumpah di jalan, meskipun tak seramai tahun-tahun sebelum virus Corona muncul.

Warga baik yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat bersiar mengelilingi kota Daik, menyaksikan hasil kreasi warga membangun pintu gerbang dan jalan-jalan yang dihiasi lampu teplok.

Baca juga: Menelusuri Jejak Benteng Bukit Cening Bukti Sejarah Pertahanan Kerajaan Riau-Lingga

Momen ini juga dimanfaatkan warga untuk berfoto mengabadikan gambar dan ada juga yang berjualan kembang api mencari rezeki.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews