Dentuman Meriam Bambu di Bulan Ramadan Perlahan Mulai Hilang

Dentuman Meriam Bambu di Bulan Ramadan Perlahan Mulai Hilang

Permainan meriam bambu atau di Lingga dikenal dengan sebutan bedil perlahan mulai hilang (Foto:Ruzi/Batamnews)

Lingga, Batamnews - Permainan anak-anak berupa meriam bambu sederhana kini mulai punah. Ia tersingkir oleh petasan yang terbuat dari kertas dan bubuk mesiu.

Di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), khususnya Daik Lingga sudah jarang terdengar suara dentuman meriam bambu atau lebih dikenal dengan sebutan `bedil` itu.

Ada dua bahan bakar yang biasa dipakai. Karbit atau minyak tanah. Karbit dipotong dalam ukuran kecil, kemudian dicampur air dan dimasukkan ke dalam bedil.

Baca juga: Tradisi Meriam Buluh Masih Lestari di Desa Benan

Apabila memakai minyak tanah. Minyak cukup dimasukkan ke dalam bambu, kemudian bambu yang sudah dilubangi di disulut dengan api.

Jika memainkannya dengan minyak tanah, bedil tidak langsung berbunyi. Butuh proses. Bedil harus ditiup, kemudian disulut api, begitu lah hingga bagian bedil panas.

Setelah mulai panas, bedil akan mulai mengeluarkan bunyi mulai dari perlahan hingga kuat. Bedil biasanya dibuat dari bambu besar dan berkulit tebal dan liat.

Baca juga: Dilema Mudik ke Lingga Antara Wajib Rapid Test-GeNose atau Tidak

Pasalnya, kekuatan ledak bedil kadang membuat bambu pecah. Ada pula yang menyebutkan, semakin besar bambu maka semakin kuat juga bunyi yang dihasilkan bedil tersebut.

 

Cara membuatnya pun sederhana. Bambu dipotong beberapa ruas. Ruas bambu dilubangi, kecuali ruas terakhir di mana ada lobang kecil untuk disulut api.

"Dhuarrr!!" suara menggelegar

Baca juga: Setahun Kosong, RSUD Encik Mariyam Lingga Akhirnya Punya Dokter Bedah

Pada masa jayanya, bedil atau meriam bambu ini biasa dimainkan anak-anak dan remaja pada bulan Ramadan. Lantas ia pun menjadi tradisi.

Sayangnya, beberapa tahun terakhir ini, nyaris tak ada yang memainkan tradisi leluhur ini. Ia ditelan permainan yang dianggap lebih kekinian.

Bahkan saat ini, sudah ada bedil jenis baru. Bukan dari bambu, melainkan dari pipa paralon dan ada juga dari kaleng bekas yang disambung menggunakan lakban.

Baca juga: Menelusuri Jejak Benteng Bukit Cening Bukti Sejarah Pertahanan Kerajaan Riau-Lingga

Kehadiran bedil modifikasi ini pun mulai menenggelamkan bedil bambu yang dulunya kerap dimainkan. Terlebih dengan hadirnya petasan.

Bedil bambu pun seolah tak dilirik lagi. Hanya segelintir anak-anak saja yang memainkannya. Suaranya pun sayup-sayup mulai hilang.

 

 

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Batamnews (@batamnewsonline)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews