Penggiliran Air Bersih di Batam, ATB: Kalau Tidak Bisa Kolaps

Penggiliran Air Bersih di Batam, ATB: Kalau Tidak Bisa Kolaps

Air Bersih. (Foto: Ilustrasi)

Batam - Krisis air tengah menjadi masalah serius. PT ATB selaku pengelola air bersih di Batam mengumumkan akan melakukan penggiliran (rationing), mulai 15 Maret 2020.

Head of Corporate Secretary PT. ATB Maria Jacobus mengatakan hal ini dilakukan atas kesepakatan dengan BP Batam untuk memperpanjang usia Dam Duriangkang.

"Kami bisa saja tidak melakukan rationing atau penggiliran. Tapi (jika hal itu dilakukan), begitu 16 juni 2020 dam Duriangkang dikhawatirkan akan kolaps, tutup (beroperasi)," ujarnya, Jumat (6/3/2020).

Baca juga: Baru Ada Solusi Jangka Pendek Tangani Penyusutan Dam Duriangkang

Untuk mengembalikan lagi volume Duriangkang agar bisa naik sampai -2 meter di batas aman dipastikan harus menunggu curah hujan dan butuh waktu 7 bulan atau satu tahun untuk normalisasi.

PT ATB sendiri dipastikan akan berakhir konsesi pengelolaannya di Batam pada November tahun ini. Belum diketahui apa yang akan dilakukan BP Batam.


ATB Sudah Kode BP Batam Sejak 4 Tahun Lalu

Head of Corporate Secretary PT. ATB Maria Jacobus. (Foto: Dok. Batamnews)

Terkait masalah hambatan distribusi air bersih kemasyarakat pertengahan maret nanti, Maria mengaku itu menjadi tanggung jawab BP Batam selaku regulator.

"Kami november berakhir. Ketersediaan air baku di waduk bukan menjadi tanggung jawab kami. Ini tanggung jawabnya di BP Batam," tegasnya.

Kecuali, jika air baku sudah tersedia, namun ATB gagal dalam memenuhi kewajiban sesuai dalam konsesi untuk menyalurkan dan mendistribusikan air bersih. "Kalau itu silahkan (komplain) ke kami," kata Maria.

Terkait menyusutnya dam Duriangkang pada 2020 ini, sebelumnya juga sudah disampaikan ATB 3-4 tahun sebelumnya ke BP Batam.

Batam dinilai membutuhkan tamabahan air baku untuk distribusi air bersih ke masyarakat yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

"Kita tidak mengharapkan ada krisis air bersih di Pulau Batam, tapi hal ini telah kami sampaikan sebenarnya beberapa tahun yang lalu tentang kebutuhan dam Tembesi sehingga dam Tembesi harus segera digesa," ujarnya.

Tapi apa daya, dam Tembesi sampai saat ini masih dalam masa lelang yang terus mengalami penundaan.

Baca juga: Gonta-ganti Kepala BP Batam Biang Terhambatnya Proyek Waduk Tembesi

BP Batam juga menyebutkan persediaan air yang sudah tertampung di Dam Tembesi bisa dialirkan melalui pipa sepanjang 2,8 KM ke Dam Mukakuning yang terkoneksi dengan Duriangkang.

Hal ini sebagai alternatif solusi dalam mengatasi krisis di Dam Duriangkang. Namun rencana ini baru bisa diimplementasikan paling cepat 2 bulan.


Warga sesali tak ada antisipasi

Suasana Visitor SCADA ROOM di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mukakuning Batam. (Foto: ATB)

Warga Batam, Alexander Handoko misalnya menyayangkan hal ini bisa terjadi. Menurutnya hal itu sudah seharusnya bisa diantisipasi sebelumnya

"Parah seharusnya sudah ada antisipasi dari ATB, karena setiap tahun terjadi hal yang sama dan jumlah pelanggan akan terus bertambah," kata dia.

Warga lain, David Rifai menyayangkan sumber resapan air di Batam yang kian menipis.

"Dulu resapan air di Batam sudah habis, yang dulunya masih banyak hutan sekarang sudah dijadikan pundi-pundi uang untuk yang beruang seperti perumahan. Danau-danau kecil yang bisa menampung air hujan juga tidak ada lagi," ujarnya

Pengusaha laundry di Batam, Rudi Wicaksono juga gelisah dengan situasi yang akan memperburuk perekonomian Kota Batam.

Bisa dipastikan, kata Rudi ia bakal meliburkan usaha laundrynya jika air tidak mengalir. ATB sendiri mengisyaratkan rationing bisa terjadi 2 hari dalam seminggu. Artinya air akan berhenti mengalir selama dua hari. Bahkan diperkirakan bisa saja lebih dari itu.

"Kami terpaksa akan libur lebih sering karena kondisi ini," ucap Rudi.

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews