Diduga Jadi Korban Pencabulan, Perjuangan Orangtua Anak di Bintan Tuntut Keadilan Bikin Haru

Diduga Jadi Korban Pencabulan, Perjuangan Orangtua Anak di Bintan Tuntut Keadilan Bikin Haru

Ilustrasi

Bintan - Seorang anak berusia 4 tahun, dan masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) di Kabupaten Bintan diduga menjadi korban pencabulan. Korban (sebut saja Bunga) merupakan anak semata wayang dari pasangan Y dan M.

Dugaan pencabulan yang dialami Bunga diketahui kedua orang tuanya itu ketika mendapati anaknya mengalami luka di alat kelamin dan juga anus pada Juli 2019. Ironisnya, tabir kejahatan seksual yang diderita anak tak berdosa itu belum juga terungkap hingga saat ini.

Batamnews berusaha mengungkap kronologi kasus ini dengan menjumpai Y, ibu kandung korban. Senin (16/9/2019) sekitar pukul 13.14 WIB, akhirnya awak media ini bertemu dengan Y di salah satu perumnas di Kabupaten Bintan.

Di dalam rumah sewa tipe 36 tersebut, Y didampingi ibu dan ayahnya yang berusia lebih dari setengah abad itu menceritakan segala kepedihan dan kepahitan yang dialaminya dalam menuntut keadilan.

Kata Y sambil meneteskan air mata, kisah itu berawal ketika anaknya masuk ke salah satu TK yang berjarak tak jauh dari rumahnya pada 15 Juli 2019 silam. Awal masuk sekolah anaknya masih terlihat normal seperti anak 4 tahun pada umumnya.

“Anak saya periang dan sering menceritakan apa yang dilakukannya setiap hari. Seperti yang dialami pada hari kedua sekolah, ia mengadu kepada saya bahwa diusilin oleh teman barunya. Tapi itu saya anggap biasa saja karena tidak ada hal yang aneh,” katanya.

Namun petaka datang pada hari ke 4 masuk sekolah, tepatnya 18 Juli. Usai pulang sekolah dia mendapati kondisi anaknya agak aneh dan berubah. Ketika itu dia berusaha menanyakan perihal kejadian yang dialami tapi anaknya malah mengeluh kesakitan saat buang air kecil.

Keluhan itu sontak membuatnya terkejut, lantas dia bersama ibunya mengecek. Ternyata ditemukan ada lendir di celana dalam anaknya tersebut. “Kejadian ini membuat saya panik. Bahkan saya sempat bertanya-tanya dengan ibu, apakah anak saya keputihan di usianya segini?,” keluhnya.

Rasa ketakutan bercampur penasaran itupun mengantarkan dia untuk mendatangi sebuah klinik. Sabtu (20/7/2019), akhirnya dia membawa anaknya ke salah satu dokter di Tanjungpinang. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter menyatakan ditemukan ada luka di alat vital Bunga, namun selaput darahnya tidak robek.

“Kata dokternya ada luka di alat vital anak saya. Tapi saya belum kepikiran ini kena apa. Namun anehnya pulang dari dokter, anak saya murung dan tidak mau sekolah, katanya takut,” jelasnya.

Hasil pemeriksaan dokter itu membuatnya kepikiran. Sempat dia menduga bahwa gadis kecilnya itu menjadi korban pencabulan, namun dia tidak ingin memvonis kejadian itu.

Dia berusaha mengobati anaknya bahkan sang suami terus merayu agar anaknya mau kembali ke sekolah. Tapi tetap saja usaha itu gagal. Lantas sang suami melakukan upaya lain yaitu membelikan sepatu dan boneka.

Tepat pada tanggal 23 Juli, anaknya kembali masuk sekolah itu pun karena keadannya mulai membaik. Dua hari kemudian tepatnya 25 Juli sekitar pukul 08.45 WIB, dia mendengar suara jeritan anaknya. Bahkan suara itu sangat jelas terdengar karena sekolah dan rumahnya berjarak sangat dekat.

“Saya kemudian ke sekolah sembari antar makanan untuk cek anak saya. Namun pihak guru malah bertingkah aneh dan balik mewancarainya saya di ruang guru dengan pertanyaan yang aneh,” ucapnya.

Setelah terlibat pembicaraan dengan guru, Y pulang ke rumah. Namun sekitar pukul 10.00 WIB, anaknya tiba-tiba sudah ada di rumah. Ternyata Bunga pulang sendirian dari sekolah. Sehingga kecurigaan memuncak kembali dalam benak dan pikirannya.

Ketika itu juga dia berusaha agara Bunga menceritakan tentang kejadian yang terjadi selama di sekolah. Seperti disambar petir, tiba-tiba anaknya kembali mengeluhkan Anusnya sakit dan susah buang air besar, bahkan saat buang air kecil juga sakit.

“Saya juga curiga ini anak kenapa, pulang dari sekolah sakit itunya. Akhirnya 6 Agustus saya dan suami memutuskan memeriksakan ia ke Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB),” ucapnya.

Di rumah sakit ini, Bunga diperiksa oleh dokter spesialis anak. Kata dokter itu ada luka di anus anaknya. Agar dapat diketahui jelas penyebab luka, dokter spesialis anak mengarahkan untuk membawa anaknya itu ke dokter spesialis bedah dan penyakit dalam.

Ketika anus anaknya diperiksa kembali, dia langsung melemparkan pertanyaan apakah Bunga menjadi korban pelecehan seksual. Dokter tersebut lantas tidak mengiyakan dan tidak juga mengatakan bukan karena keluhan anaknya itu sudah berjalan 12 hari. Namun karena melihat usaha dia dan suaminya, dokter tersebut menyarankan dia segera melaporkan hal ini ke polisi.

Usai diperiksa di RSOB, Y menangis karena
sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa anaknya tersebut. Meski awalnya tidak pernah mengira dugaan pencabulan menimpa anaknya, namun berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, dia menduga kuat anaknya menjadi korban pencabulan.

“Melihat saya nangis, spontan anak saya mengatakan bunda tenang saja, nanti sakit yang dicucuk om nya pasti sembuh. Mendengar pernyataan itu saya terkejut dan malamnya saya pujuk untuk cerita, anak saya akhirnya bilang kalau ada dua om om yang mencucuknya. Tapi setelah itu anak saya diam,” ungkapnya.

Keesokan harinya. 7 Agustus pagi, Y kembali mengecek kondisi anaknya di salah seorang dokter di Tanjungpinang. Dokter juga mengatakan ada luka di anus anaknya dan memberikan obat.

Kemudian siang harinya dia membuat laporan resmi mengenai kejadian yang menimpa anaknya ke kantor polsek. Polisi mengabarkan ke dia jika laporannya itu akan dibuat BAP tanggal 8-9 Agustus.

Namun pada hari itu juga anaknya kembali divisum ulang atas laporan polisi. Kemudian saat diperiksa, awalnya dokter tidak teliti. Setelah ia menyampaikan keluhan dan keterangan tentang pemeriksaan dokter sebelumnya, baru dokter dari RSUD Bintan memeriksa ulang dan mengatakan jika ada luka di anus anaknya.

“Awalnya dokter bilang tidak ada apa-apa, lantas setelah diperiksa ulang ternyata ada luka. Banyak keanehan yang saya rasakan, meski sudah didampingi oleh petugas dari P2, namun seolah keterangan yang saya sampaikan tidak begitu diindahkan. Bahkan surat laporan polisi (BAP) yang saya minta belum dikasih dengan alasan belum di print,” bebernya.

Merasa kecewa dengan semua pihak, Y kembali ke kantor polisi dengan didampingi pengacara. Namun tak juga membuahkan hasil sehingga pada tanggal 27 Agustus dia pergi untuk berkonsultasi dengan KPPAD Kepri dan tanggal 30 Agustus melalui KPAD Kepri dia bisa berkoordinasi dengan Polda Kepri soal kasus anaknya tersebut.

Koordinasi dengan KPPAD Kepri dan Polda Kepri telah membuahkan hasil dan membuka sedikit harapannya dalam menggapai keadilan. Apalagi sebelumnya dia sudah melakukan pengecekkan di 4 dokter dan hasilnya semua menyatakan anaknya mengalami luka tak wajar di anus dan alat vitalnya.

“Sabtu (14/9/2019) kemarin mereka sudah olah TKP di TK anak saya sekolah. Saya mendampingi anak saya untuk memberikan keterangan. Semuanya terungkap dalam olah TKP tersebut. Saya sangat berharap kepada Polda Kepri, KPPAD Kepri dapat membuka tabir  dengan sejelas-jelasnya dugaan terhadap anak saya ini,” katanya lagi.

(ary)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews