Nelayan Meranti Hanyut Hingga ke Selat Malaka: Berniat Makan Styrofoam Demi Bertahan Hidup

Nelayan Meranti Hanyut Hingga ke Selat Malaka: Berniat Makan Styrofoam Demi Bertahan Hidup

Alpius, nakhoda kapal kayu yang tenggelam dan hanyut hingga ke Selat Malaka.

Karimun - Pukul 02.00 WIB dini hari, empat orang nelayan terbangun dari tidurnya seusai menebar jaring di laut. Mereka terbangun akibat goncangan kapal yang dahsyat.

Goncangan itu akibat benturan dari kapal lainnya. Kapal kayu 12 PK nelayan itu ditabrak oleh kapal yang ukurannya lebih besar.

Akibatnya, kapal itu perlahan-lahan mulai miring dan tenggelam ke laut usai ditabrak. Saat itu, kapal nelayan itu tidak bergerak karena usai menebar jaring.

"Jam dua subuh. Kami setelah menebar jaring dan tidur. Tapi tidak berselah lama, kawan saya berteriak karena kapal udah miring setelah ditabrak kapal lain," ujar Alpius Wongga, nakhoda kapal tersebut, Minggu (23/6/2019) malam.

Alpius bercerita, bahwa dia dan tiga rekannya telah seminggu di laut. Mereka merupakan nelayan dari daerah Rangsang, Kabupaten Meranti, Provinsi Riau.

Saat mencari ikan, biasa mereka ada rombongan kapal. Mulai dari empat hingga lima kapal dan satu kapal besar untuk menampung ikan hasil tangkapan.

Baca: 4 Nelayan Hanyut Hingga Selat Malaka Diselamatkan Lanal Karimun

Alpius dan tiga rekannya tidak menyangka akan mendapat musibah. Kapal mereka tenggelam di kegelapan malam setelah dihantam kapal lainnya.

"Kami tidak menyangka saja. Mungkin kapal itu tidak sengaja menabrak, karena saat itu gelap. Tapi kapal kami ada penerangannya saat malam," katanya.

Kapal kayu itu perlahan-lahan miring dan terbalik. Kemudian, tenggelam dan hanya menyisakan material seperti papan dan juga jeriken.

Tidak ada harta benda yang dapat diselamatnya di tengah pekatnya malam. Mereka bertarung memperjuangkan keselamatan di tengah laut lepas.

"Apa yang ada semua ikut tenggelam. Saat itu tidak ada pikiran lain-lain, hanya mencari keselamatan," katanya.

Mereka menggapai bahan-bahan yang tersisa dari kapal untuk mengapung dan bertahan. Berjam-jam mereka terapung dan hanyut dibawa arus laut.

Hanya saja, saat itu mereka juga pasrah dibawa arus laut. Mereka hanyut hingga perairan Selat Malaka, perbatasan Indonesia dan Malaysia.

"Jauh juga, kami udah sampai ke perbatasan," ujar Alpius.

Lalu, sekitar pukul 06.00 pagi. Mereka mendapat pertolongan dari sebuah kapal tugboat. 

"Malam tidak banyak kapal, pagi baru ada. Kami diselamatkan sama tugboat yang lewat," ujarnya.

Tugboat tersebut melaporkan kejadian itu ke Lanal Karimun. Maka, empat nelayan itu dibawa ke Karimun untuk tindakan selanjutnya sebelum dipulangkan.

Berniat Makan Styrofoam Tempat Ikan

Dinginnya air laut membuat kondisi empat nelayan itu melemah. Rasa lapar juga telah dirasakan mereka dalam mempertahankan nyawa.

Alpius sempat berseru kepada tiga rekannya jika belum mendapat pertolongan, maka styrofoam (busa gabus) tempat ikan yang menjadi alat untuk mengapung akan mereka makan.

"Saya sempat bilang, kalau tidak ada bantuan, kita makan ini saja untuk mengisi perut," katanya saat ditemui di Posal Meral.

Niat itu muncul karena rasa lapar yang mulai memerihkan perut. Ditambah dengan rasa dinginnya karena terapung berjam-jam.

(aha)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews