Singapura Pening "Resesi Seks", Wanita Lajang Diizinkan Begini

Singapura Pening "Resesi Seks", Wanita Lajang Diizinkan Begini

Aktivitas warga Singapura di tengan wabah Corona (AP/YK Chan)

Batam - Singapura saat ini menjadi negara dengan angka kelahiran yang sangat rendah. Di 2021, angka kelahiran negara kota itu hanya mencapai 1,12 bayi per wanita.

Ini sangatlah rendah dibandingkan rata-rata global yang berkisar di angka 2,3. Mengutip Channel News Asia (CNA), bukan hanya karena rendahnya perkawinan, ini kemudian dikaitkan dengan kurang bersemangatnya para wanita melakukan hubungan seks.

"Resesi seks" terjadi karena rata-rata mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan dan sulitnya merasakan momen keintiman. Tekanan psikologis juga memicu ketidakseimbangan hormon para wanita, menganggu ovulasi dan dengan demikian membuat kehamilan tertunda secara alami.

Baca juga: Tak Hanya Ekonomi, AS Juga Dihantui Resesi Seks

Pemerintah pun kini melakukan beberapa cara untuk meningkatkan kelahiran. Pihak berwenang bahkan menawarkan insentif uang tunai 'Bonus Bayi' untuk menaikan angka natalitas.

Terbaru, pusat keuangan Asia itu berencana mengizinkan para wanita lajang untuk membekukan sel telurnya mulai tahun depan. Hal ini untuk membuka kemungkinan bagi para wanita untuk hamil sekalipun saat tubuhnya tak lagi memproduksi sel telur.

"Kami menyadari bahwa beberapa wanita ingin mempertahankan kesuburan karena keadaan pribadi mereka, misalnya, mereka yang tidak dapat menemukan pasangan saat mereka masih muda, tetapi ingin memiliki kesempatan untuk hamil jika mereka menikah nanti," tulis Kantor Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (27/4/2022).

Langkah ini sendiri nyatanya lebih lambat dibandingkan sejumlah negara seperti Korea Selatan (Korsel), Thailand, Malaysia, Jepang, Taiwan dan Indonesia yang telah mengizinkan wanita wajang membekukan sel telurnya. Bahkan di Jepang, pemerintah memberikan subsidi.

Baca juga: Oknum Perwira Polisi Diduga Jadikan Remaja Putri Budak Seks

Walau begitu, langkah ini mendapatkan apresiasi dari kelompok hak-hak perempuan di negara itu. Ini bisa jadi solusi tingkat kesuburan Singapura yang rendah.

"Membiarkan pembekuan telur sosial memperluas peluang orang-orang ini untuk menjadi orang tua lebih lama. Ini adalah langkah positif, dan tepat waktu, mengingat tingkat kesuburan Singapura yang rendah," kata Shailey Hingorani, kepala penelitian dan advokasi di Association of Women for Action and Research (Aware)

Meskipun teknologi sudah ada sejak 1980-an, pembekuan sel telur tidak murah. Ini tetap merupakan proses yang hanya tersedia untuk wanita kaya, terutama di Asia Tenggara yang menurut Bank Dunia (World Bank), rata-rata PDB per kapita hanya US$11.123 pada tahun 2020.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews