Giliran Ukraina Bombardir Desa Rusia, Warga Sipil Luka-Rumah Rusak

Giliran Ukraina Bombardir Desa Rusia, Warga Sipil Luka-Rumah Rusak

ilustrasi: tentara Ukraina (Foto: Press Service of the Joint Forces Operation/Handout via Reuters)

Moskow - Gubernur wilayah Rusia yang berbatasan dengan Ukraina menuduh pasukan Ukraina membombardir salah satu desanya. Akibatnya, dua warga sipil terluka dan beberapa rumah rusak dalam serangan itu.

"Sebuah desa menjadi sasaran gempuran... Sudah jelas bahwa ada warga sipil yang terluka," tulis gubernur wilayah Belgorod, Vyacheslav Gladkov di Telegram, seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (26/4/2022).

Baca juga: Hancur Kena Rudal, Bisakah Antonov AN-225 Milik Ukraina Terbang Lagi?

Dia menambahkan bahwa seorang pria terluka tangannya dan seorang wanita menderita cedera leher dalam insiden di desa Zhuravlyovka pada hari Senin (25/4/2022) waktu setempat tersebut.

"Ambulans sudah datang ke tempat kejadian. Ada rumah-rumah yang sebagian hancur," imbuhnya.

Rusia dalam beberapa pekan terakhir menuduh pasukan Ukraina menyerang sejumlah target di wilayah Rusia, termasuk dua desa di Belgorod dan satu lagi di wilayah Bryansk pada April ini.

Baca juga: PBB Terima Laporan Kasus Perkosaan oleh Tentara Rusia di Ukraina

Juga pada hari Senin (25/4/2022), gubernur wilayah Kursk dekat Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah menembak jatuh dua pesawat tak berawak (drone) Ukraina pada dini hari.

Invasi Rusia di Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak meremehkan peningkatan risiko perang nuklir terkait Ukraina. Lavrov juga menyebut bahwa bahaya perang nuklir itu serius dan nyata.

 

Namun, seperti dilansir Reuters dan CNN, Selasa (26/4/2022), Lavrov dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rusia, yang ditayangkan Senin (25/4) malam waktu setempat, juga bersikeras menegaskan negaranya berupaya menurunkan risiko perang nuklir.

Dalam wawancara itu, Lavrov ditanya soal pentingnya menghindari Perang Dunia III dan apakah situasi saat ini sebanding dengan krisis rudal Kuba tahun 1962 -- titik rendah hubungan Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet.

Menurut Lavrov, Rusia telah melakukan banyak hal untuk menegakkan prinsip berjuang untuk mencegah perang nuklir dengan segala cara.

"Ini adalah posisi penting kami di mana kami mendasarkan segalanya. Risikonya sekarang cukup besar," ucap Lavrov.

"Saya tidak ingin meningkatkan risiko itu secara artifisial. Banyak pihak akan menyukai itu. Bahayanya serius, nyata. Dan kita tidak boleh meremehkannya," tegasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews