Robby Patria Singgung Politik Praktis di Masjid saat Ramadan

Robby Patria Singgung Politik Praktis di Masjid saat Ramadan

Robby Patria. (ist)

Batam - Sosialisasi politik gencar dilakukan partai politik memanfaatkan momentum Bulan Ramadan. Salah satunya dengan berbagi peralatan salat berlogo partai dan kandidat calon yang akan diusung oleh partai di Pilkada maupun Pilpres.

Pengamat Politik asal Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Robby Patria melihat, dalam hal ini sosialisasi politik di rumah ibadah boleh-boleh saja. Namun tidak untuk kampanye.

"Sosialisasi boleh di rumah ibadah. Kampanye yang dilarang," ujarnya, Jumat (15/4/2022).

Baca juga: MUI Batam Sesalkan Politik Praktis Dibalut Safari Ramadan di Masjid

Menurut Robby, memang saat ini adalah waktu yang tepat untuk berkampanye dan sosialisasi ke tengah masyarakat menjelang Pemilu yang jika tak ada aral melintang akan dilangsungkan pada 2024 nanti.

"Nah, model sosialisasi yang dilakukan partai di masjid dalam rangka untuk mengenalkan partai mereka dan calon tokoh politik yang akan andil di Pilpres maupun Pilkada. Mengapa masjid? Karena masjid tempat berkumpulnya ummat dalam jumlah besar di ramadan," kata Robby yang juga seorang akademisi itu.

Ia berpendapat bahwa jika melakukannya di masjid, parpol atau calon tokoh politik tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. 

"Mereka tak perlu memberikan dana transportasi untuk mendatangkan massa. Karena mereka tinggal hadir di masjid untuk membagikan bingkisan sebagai tanda kenang-kenangan kepada warga," ujarnya.

Dengan cara itu, salah satu metode mengenalkan partai lebih masif di tengah masyarakat dan terlihat dermawan dengan memberikan bantuan kepada warga di bulan suci ini.

Bagi partai, hal itu tentunya bagus untuk memberikan 'branding' partai yang disosialisasikan atau dikampanyekan. Yang jelas, partai juga ingin berbuat baik kepada warga.

Baca juga: Safari 'Politik' Ramadan, Menebar Citra di Tengah Kerumunan Umat

"Selagi tahapan Pemilu belum dimulai, gerakan tersebut pasti dimanfaatkan sebaik mungkin. Sekarang tinggal masyarakat menilai, apakah mereka terkesan atau tidak dengan gerakan sosial di tengah masyarakat dalam ramadan itu," kata dia.

Kemudian, tambah Robby, jika tahapan Pilkada dimulai, maka Bawaslu dapat bersikap terhadap gerakan-gerakan seperti itu. 

"Apalagi nilai yang dibagikan misalnya di atas Rp 100 ribu per orang," ujarnya. 

Safari Ramadan Politik

Bicara soal safari 'politik' ramadan ini, ternyata memang sudah lama dipopulerkan oleh mantan Menteri Penerangan Harmoko (1983-1997).

 

Safari ramadan dinilai berhasil membuat Golkar saat itu unggul dalam beberapa kali pemilu dan meningkatkan pamor pemerintah serta pamor Harmoko sendiri.

Setelah rezim Orde Baru tumbang, rupanya kegiatan safari Ramadan tidak berhenti. Hampir semua partai politik meneruskan tradisi Harmoko ini. 

Bahkan partai-partai yang sering alergi dengan Orde Baru pun melakukan safari ramadan, bersilaturahmi bersama pengurus partai tingkat kecamatan hingga tingkat desa.
 
Safari Ramadan kini tak identik dengan Harmoko, namun dengan partai politik dalam meraup dukungan masyarat yang tengah berpuasa.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews