Cerita Robert Saputra, ASN Meranti Raih Beasiswa S3 di Kampusnya Einstein

Cerita Robert Saputra, ASN Meranti Raih Beasiswa S3 di Kampusnya Einstein

Robert Saputra

SEDERET jalan panjang tak lepas dari pencapaian seorang ASN di Pemkab Kepulauan Meranti, yakni Robert Saputra. Ia mendapat beasiswa S3 di Charles University, Praha, Republik Ceko.

Jatuh bangunnya menggapai prestasi kerap dirasa, tapi tak membuatnya patah semangat. Prestasinya patut diacungi jempol. Kini Robert berhasil menggapainya; belajar di Eropa.

Di Charles University, dia mengambil jurusan Social Geography and Regional Development.

Robert ini pun menceritakan bagaimana ia mendapatkan beasiswa di universitas tempat ilmuan terkenal Albert Einstein menimba ilmu.

Berbeda dengan mahasiswa lain yang kebanyakan mendapatkan beasiswa dari program khusus di luar kampus, anak pertama dari tiga bersaudara ini justru mendapatkan beasiswa langsung dari Charles University.

"Kalau di Charles, saya mendapatkan beasiswa penuh dari kampus. Jadi selain kuliahnya gratis juga mendapatkan biaya konsumsi dan jaminan kesehatan. Bahkan bisa mendapat gaji untuk penelitian setiap bulan," ujarnya.

Kata Robert, dirinya berhasil menjadi mahasiswa bukan tanpa halangan. Jalan panjang dengan ragam aral melintang ia lalui, mulai dari mengirimkan proposal ke beberapa universitas di beberapa negara dan hingga akhirnya diterima di Ceko.

Meski demikian, keinginan dan cita-citanya untuk meraih beasiswa S3 selalu bisa mengalahkan penolakan yang dia alami selama berkali-kali. Tekadnya selalu kuat dan tak pernah berhenti mengajukan beasiswa ke berbagai kampus di luar negeri.

 

Atas dukungan yang kuat, Robert akhirnya mencoba mengirimkan proposal penelitiannya ke profesor di beberapa kampus terbaik di dunia. Termasuk di dalamnya ada Charles University.

Tak tanggung-tanggung, ada belasan negara yang dikirimkannya proposal. Beberapa negara tertarik dengan penelitian yang diajukan Robert. Namun kendalanya ia sangat sulit untuk mendapatkan supervisor atau dosen pembimbing. 

Adapun proposal yang dikirimkannya adalah pola pengembangan wilayah berbasis pedesaan dengan menggunakan teks bahasa Inggris yang diakui secara internasional, yaitu IELTS (International English Language Testing System).

Sebagai informasi, sebelum mendaftar beasiswa ke luar negeri, peserta beasiswa diimbau untuk mencari calon supervisor terlebih dahulu guna mendapatkan LoA (Letter of Acceptance) dari pihak kampus.

"Penelitian ini sudah saya kirimkan ke beberapa negara. Jumlahnya mencapai belasan, diantaranya itu adalah Hungaria, Slovenia, Jerman, Inggris, Belanda dan Republik Ceko. Namun setelah diskusi dengan beberapa supervisor, banyak kendala yang didapatkan," kata dia.

"Untuk program doktoral ini agak berbeda, sebelum mendaftar kita terlebih dahulu harus mendapatkan supervisor yang linier dengan penelitian kita. Rata-rata masalahnya sulit mendapatkan itu. Akhirnya setelah melalui beberapa tahapan, saya fokus ke Charles karena mereka yang paling terlihat minat dengan penelitian saya," lanjut Robert.

 

Ada beberapa alasan kuat yang membuat lulusan IPDN dan Universitas Islam Riau ini akhirnya mantap memilih kampus yang berada di pusat kota Praha itu.

Baginya, salah satu alasan ia menerima beasiswa di Ceko karena negara tersebut punya sejarah pendidikan yang panjang. Institusi Perguruan Tinggi Tertua di Eropa Tengah telah berdiri di Republik Ceko sejak tahun 1348.

Charles University merupakan universitas tertua dan terbesar di Republik Ceko. Didirikan tahun 1347, merupakan universitas pertama di Kekaisaran Romawi Suci dan Eropa Tengah. Termasuk dalam salah satu universitas tertua di benua biru.

Selain itu, sistem pendidikan yang dibangun kurang lebih 673 tahun yang lalu telah terstruktur dengan sangat baik dan mumpuni. Sehingga, alasan kuat Robert terbang ke Ceko adalah banyaknya pemikir-pemikir dan ilmuan-ilmuan andal dunia pernah mengecap pendidikan di sana.

"Selain disana merupakan universitas tertua dengan sistem pendidikan yang sudah baik, Republik Ceko merupakan salah satu negara di Eropa yang biaya hidupnya relatif lebih murah. Selain termasuk ke dalam 10 negara yang aman di dunia, Ceko juga punya program beasiswa kampus yang terintegrasi dengan yang lainnya yakni tambahan biaya untuk konsumsi dan jaminan kesehatan," ujarnya.

Dikatakan Robert, restu dan dukungan dari orang tua adalah penentu dari kesuksesannya. Pada tahun 2021 dirinya sudah mendaftarkan diri untuk ikut beasiswa di Australia dan Korea Selatan. Namun karena tidak mendapatkan supervisor akhirnya gagal.

"Tahun 2021 sempat mendapatkan peluang beasiswa S3 di Australia dan Korea Selatan, namun waktu itu tidak mendapatkan supervisor, akhirnya gagal. Saya akui juga waktu itu belum mendapatkan restu dari orang tua," kata Robert.

 

Seiring waktu berjalan, dirinya terus mencari peluang beasiswa program doktoral, sehingga akhirnya dia melabuhkan pilihannya ke negara yang bermata uang Koruna itu. 

Berbekal restu orang tua, banyak kemudahan yang didapatkan dia, diantaranya mudah mendapatkan supervisor, menguasai bahasa Inggris dengan aksen IELTS, mendapatkan support dari pemerintah daerah dan lain sebagainya.

"Saya terus saja mencari informasi program doktoral itu. Saya akui saya bukanlah orang pintar, namun saya mempunyai tekad tidak mau menyerah sampai dengan keinginan saya tercapai. Waktu itu sebelum ikut tes saya pulang dulu ke kampung di Tanjung Samak untuk meminta restu orang tua. Awalnya selama seminggu ibu tidak memberikan jawaban, namun setelah itu ia memberikan restu. Selanjutnya mukjizat doa dari orang tua sangat dirasakan, dimana semua proses dilalui tanpa adanya hambatan," ujarnya.

"Ayah saya hanyalah seorang pedagang, walaupun tidak memiliki latar belakang sarjana dan hanya mengenyam pendidikan sampai di bangku SMP, namun ayah memberikan motivasi dan dukungan yang luar biasa untuk anaknya," tambah Robert.

Akan menjalani masa pendidikan 4 tahun lamanya memungkinkan Robert tidak bisa menahan rindu. Dia pun akan akan memboyong istri tercinta untuk ikut serta tinggal di Ceko.

"Lama pendidikan di sana selama 4 tahun sampai dengan menyusun proposal disertasi. Dua tahun ada mata kuliah yang harus diikuti, selanjutnya tahun ketiga sudah memulai penelitian dan bisa pulang ke Indonesia untuk mengambil data. Karena waktunya lama, makanya saya harus bawa istri ke sana dan kami akan tinggal disana," ujar Robert.

 

Sebelum melanjutkan studi ke luar negeri, banyak yang harus dipersiapkan Robert, salah satunya adalah kemampuan bahasa Inggris dengan aksen IELTS yang menggunakan bahasa British English. Sementara yang lazim digunakan di Indonesia adalah Test of English as a Foreign Language (TOEFL) atau American English.

Tes IELTS yang disyaratkan untuk studi ke luar negeri tidaklah mudah. Oleh karena itu, ia membutuhkan persiapan yang lama untuk tes bahasa Inggris tersebut.

"Untuk menguasai bahasa Inggris dengan aksen IELTS saya harus mengikuti bimbel online selama satu bulan dengan 16 kali pertemuan. Selanjutnya dilanjutkan dengan belajar mandiri untuk memperdalam kemampuan berbahasa Inggris saya, karena memang mulai dari nol" kata dia.

Untuk program studi doktoral ini, sebenarnya ia telah lulus di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Namun ia mendapatkan tantangan dari Bupati Meranti, Muhammad Adil agar melanjutkan studi ke Eropa.

"Sebenarnya saya sudah lulus program beasiswa S3 di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Namun waktu itu Bupati memberikan challenge agar saya bisa mendapatkan beasiswa dari Eropa dengan jalur mandiri. Bupati pun berjanji akan membayar berapa pun biaya kuliah saya jika lulus tes," katanya.

Lebih jauh diceritakan Robert, bahwa dirinya sudah lama memotivasi diri untuk bisa melanjutkan studi ke negara Eropa.

"Sebenarnya saya sudah lama untuk memutuskan melanjutkan studi ke Eropa. Namun waktu saja yang belum menjawab. Saya terus memotivasi diri dengan mencari informasi mengenai beasiswa tersebut, dan saya pun sudah berjanji akan menyelesaikan pendidikan doktoral menjelang usia 35 tahun. Untuk menjaga motivasi itu, saya pernah menulisnya di selembar kertas. Waktu mengikuti Diklat PIM 3 tepatnya 8 April 2021 lalu, saya menulis keinginan bahwa suatu saat ingin mengibarkan bendera Indonesia di Eropa," cerita Robert.

 

Motivasi lainnya, kata Robert, dengan melanjutkan studi ke luar negeri tentu akan banyak ilmu dan pengalaman yang akan didapatkan.

"Banyak ilmu dan pengalaman yang akan didapatkan. Dari sana tentunya kita bisa belajar dan memahami persoalan dari berbagai perspektif dengan permasalahan tingkat global, selain itu tentunya banyak relasi Internasional yang bisa membantu kita dalam berbagai hal," ujar dia.

Robert yang menjabat sebagai Kepala Bidang Perekonomian, Sumber Daya Alam, Infrastruktur dan Kewilayahan di Kantor Bappeda itu pun bisa menjawab tantangan Bupati Adil. Kini dia pun bisa bernafas lega karena sudah mendapatkan izin untuk mengikuti tugas belajar, dimana biaya pendidikannya ditanggung oleh pemerintah.

"Saya sudah menjawab tantangan dari Bupati dan juga sudah mendapatkan izin dari kepala daerah untuk melanjutkan studi. Jika biaya kuliah didapatkan dari beasiswa, maka Pemda juga support untuk biaya lainnya seperti untuk akomodasi dan tempat tinggal. Saya mengucapkan terimakasih kepada Pemda dalam hal ini Bupati Kepulauan Meranti yang telah membantu dan memberikan kesempatan berharga ini," ujar dia.

Tak lupa ia membagikan tips untuk mendapatkan beasiswa di luar negeri. Baginya, yang paling penting adalah tidak malu bertanya dan mencari informasi dari sumber yang tepat mengenai beasiswa.

Robert juga berpesan kepada para pemuda dan ASN di Meranti untuk terus melakukan pengembangan diri dengan terus belajar. Karena beasiswa tersedia banyak, baik itu di dalam maupun di luar negeri.

"Sebenarnya motivasi kita ini sama, untuk itu jangan pernah ragu dan merasa minder. Kita ini punya potensi, hanya saja kurang informasi. Di luar sana banyak beasiswa yang tersedia dan rata-rata mereka welcome terhadap mahasiswa dari Indonesia. Jika anak kota ke luar itu sudah biasa, tapi jika anak pulau yang berkuliah di luar negeri itu baru luar biasa," tukas Robert.

Saat ini, pria kelahiran 30 tahun yang lalu itu sudah memulai perkuliahan terhitung 1 Maret 2022 melalui daring dan akan berangkat seraya menunggu kelengkapan dokumen.

"Perkuliahannya sudah dimulai pada awal Maret lalu. Saat ini menunggu Visa keluar dan kelengkapan dokumen lainnya, karena SKCK nya itu dilegister di Kemenkumham. Selain itu, juga mengurus izin perjalanan luar negeri ke Mensesneg lewat BKD provinsi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah selesai," tutupnya. 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews