Bapak-bapak! Begini Cara Cek Sperma `Tokcer` atau Tidak

Bapak-bapak! Begini Cara Cek Sperma `Tokcer` atau Tidak

Ilustrasi (Foto: shutterstock)

Jakarta - Kadar air mani atau cairan semen pada pria dapat menentukan kondisi kesehatan tubuhnya. Rendahnya kadar air mani dapat menjadi salah satu tanda rendahnya testosteron atau tanda penyakit diabetes.

Pria yang memproduksi kurang dari tiga sendok teh air mani bisa saja memiliki masalah kesehatan tertentu. Di sisi lain, beberapa penyebab terjadinya kadar air mani yang rendah dapat diatasi dengan berbagai cara.

Menurut Daniel Williams, MD, profesor di departemen urologi sekaligus direktur pengobatan reproduksi pria dan bedah mikro di University of Wisconsin School of Medicine and Public Health, banyak pria yang kerap merasa khawatir bahwa rendahnya air mani disebabkan oleh frekuensi ejakulasinya.

Berdasarkan parameter yang dikembangkan oleh National Institute of Health, kadar air mani yang normal berkisar antara 1.5-5 mililiter. Jumlah ini merupakan jumlah yang dikeluarkan pada saat pria melakukan ejakulasi.

"Di bawah jumlah tersebut, atau terdapat perubahan signifikan, maka perlu diperhatikan bahwa pria mungkin saja memiliki masalah yang menyebabkan rendahnya kadar air mani yang keluar saat ejakulasi," ujar Dr Williams, dikutip dari Men's Health.

Menurut studi, pria berusia di atas 55 tahun akan mengalami adanya penurunan kadar serta kualitas air mani yang signifikan. Jadi, jika terdapat perubahan tingkatan air mani yang keluar pada pria berusia di atas 55, maka hal tersebut merupakan hal yang normal.

Di sisi lain, Dr Williams turut menyebutkan bahwa turunnya tingkat air mani juga bisa saja mulai terjadi di usia 20-30 tahun. Hanya saja, hal tersebut kerap tidak disadari oleh kebanyakan pria.

Turunnya kadar cairan semen disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah karena kondisi kesehatan. Seseorang yang mengidap diabetes dapat mengalami disfungsi ereksi dan masalah ejakulasi serta mengalami kondisi di mana air maninya menyembur kembali ke dalam kandung kemih, bukan ke ujung penis.

Selain masalah kesehatan, pria yang tengah menjalani pengobatan dan mengonsumsi antibiotik atau antidepressants juga dapat mengalami turunnya kadar air mani.

Menurut studi yang dilakukan di Brasil, pria yang merasa tidak puas dengan jumlah air maninya akan mempengaruhi kesehatan psikologis serta hubungan dengan pasangannya, dibanding pria yang tidak merasa demikian.

Artinya, penting bagi para pria agar tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Sebagai gantinya, saat kamu merasa ada perubahan jumlah cairan semen, kamu bisa mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Selain mengunjungi dokter, kamu juga bisa melihat gaya hidup yang saat ini sedang dijalankan. Pasalnya, banyak pria yang tidak menyadari bahwa gaya hidup dapat mempengaruhi kualitas sperma. Para pria bisa mencoba menerapkan diet sehat untuk menjaga berat badan dan menghindari konsumsi alkohol.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews