Kandil Bahar Jadi Nama Bandara Tambelan Tuai Polemik

Kandil Bahar Jadi Nama Bandara Tambelan Tuai Polemik

Landasan pacu Bandara Tambelan, Bintan.

Bintan - Bandara Tambelan yang berdiri megah di pulau terluar di Kabupaten Bintan itu telah diberi nama Kandil Bahar. Nama itu telah disodorkan oleh Wakil Ketua II DPRD Bintan dari Partai Nasdem, Agus Hartanto pada Paripurna Pengesahan APBD-P 2020 di Gedung DPRD Bintan beberapa hari lalu.

Kandil Bahar mengandung makna cahaya di tengah lautan. Dengan nama itu besar harapan masyarakat Pulau Tambelan akan hidup makmur dengan semakin terbukanya akses menuju pulau terluar dan terjauh ini.

Agus mengaku telah melibatkan seluruh lapisan masyarakat juga Ikatan Keluarga Tambelan (IKT) diseluruh Indonesia dalam merumuskan penamaan airport di Tambelan. Hasilnya sudah disepakati nama bandara Tambelan dengan nama Kandil Bahar.

"Seluruh masyarakat melalui forum kelurahan/desa telah menyepakati satu nama yaitu Kandil Bahar," kata pria yang terpilih sebagai dewan dari Dapil II Bintan itu.

Kata Sekretaris DPD Partai Nasdem Bintan ini, sebelum disetujui Kandil Bahar, ada beberapa nama yang diusulkan dari IKT. Untuk IKT Tanjungpinang mengusulkan 3 nama diantaranya Sultan Abdurahma Yasa, Kandil Bahar dan Muhammad Adnan Kasim. 

Sementara IKT Jakarta mengusulkan satu nama yaitu Datuk Kaya Asnan. Lalu IKT Kalimantan Barat mengusulkan Sultan Abdurahma Kasim.

"Dari seluruh pihak yang ada disepakati namanya Kandil Bahar dan kita berharap Bapak Presiden minimal menteri meresmikan segera Bandara Tambelan," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Bintan, Najib mengaku keberatan dengan nama Kandil Bahar. Menurut politikus dari Partai Demokrat ini pemberian nama Kandil Bahar tidak melalui pembahasan serius di dewan melainkan Wakil Ketua DPRD Bintan Agus Hartanto menumpang moment Paripurna Anggaran Perubahan dengan membaca satu nama yakni Kandil Bahar. 

"Saya juga kaget mengapa langsung muncul satu nama. Padahal ada usulan nama lain yang tidak dijelaskan di depan anggota DPRD secara ilmiah. Karena tidak beres, saya ke luar ruangan tak mau teken," ujar Najib.

Seharusnya dalam pemberian nama Bandara Tambelan itu melalui kajian ilmiah. Sehingga seluruh masyarakat dan anggota legislatif yang ada mengetahui makna yang terkandung dari nama bandara tersebut.

Namun kenyataannya malah sebaliknya usulan dari masyarakat di telan mentah-mentah. Bahkan dalam pembahasannya juga tidak melibatkannya.

"Kalau ini saya lihat tidak ada pembahasan tapi tiba tiba langsung ke satu nama. Itu tidak benar namanya dan cacat administrasi. Bahkan anggota DPRD yang hadir saja tidak tahu apa maksud Kandil Bahar karena memang tak ada penjelasan sebelumnya," kata pria yang juga terpilih dari Dapil II.

Terpisah, mahasiswa S3 asal Tambelan, Robby Patria mengatakan pemberian nama Bandara Tambelan menuai polemik. Karena nama yang disetujui DPRD Bintan adalah nama Kandil Bahar sedangkan nama tersebut bukan berdasar catatan sejarah yang sudah diabdikan dalam buku maupun jurnal. Nama hanya sekedar cerita rakyat atau dongeng 

"Sebaiknya memberikan nama Bandara Tambelan perhatikan juga data data ilmiah dan catatan sejarah," ujar mantan Ketua KPU Tanjungpinang ini.

Menurut dia, DPRD Bintan bisa pakai nama-nama yang sudah tercatat dalam sejarah melalui proses ilmiah. Argumen dasar dalam pemberian nama Kandil Bahar juga harus dipertimbangkan dengan rasional. Lalu juga memenuhi syarat.

Namun kenyataannya hanya berdasar kisah-kisah dari cerita rakyat setempat. Karena Kandil Bahar tak dapat dijelaskan secara ilmiah, melainkan berdasarkan pada katanya-katanya. 

"Masa' nama bandara berdasarkan katanya katanya dan atau dongeng. Karena catatan sejarah oleh siapa penulisnya belum ditemukan siapa yang menyebut nama Kandil Bahar? Dari mana asal Kandil Bahar? Cahaya dari mana? Bagaimana cahaya itu?," ujarnya. 

Menurut Robby, jika ingin nama-nama orang setara internasional, dia mengusulkan nama Sultan Abdullah Muahaiyat Syah. Tercatat dalam sejarah Melayu Riau, Johor Malaka, Indonesia. Sultan Johor termasyhur keturunannya menjadi menjadi Sultan Johor.

Jika mau menggunakan nama tokoh, ya Adnan Kasim. Tokoh nasional, pejuang dan memiliki rekam jejak di tiga provinsi Kepulauan Riau, Riau dan Jambi. 

"Kalau Bang Apri Sujadi ingat atau kenal Kombes Pol Azuan Adnan, beliau anaknya Adnan Kasim. Bahkan untuk tokoh tingkat lokal ya Datok Kaya Hasnan," ujarnya.

"Kita berharap nama Kandil Bahar tidak diusulkan ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sebaiknya diadakan dengar pendapat dengan yang paham sejarah dahulu," ucapnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews