ATB Setuju Tidak Lakukan Rationing, Namun Ini Risikonya

ATB Setuju Tidak Lakukan Rationing, Namun Ini Risikonya

Waduk Sei Harapan yang mengering dan masuk level siaga, beberapa waktu lalu. (Foto: Batamnews)

Batam - PT Adhya Tirta Batam (ATB) akan menjalankan keputusan Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk menunda penggiliran air untuk kedua kalinya. Walaupun dengan konsekuensi potensi risiko kandasnya pompa Instalasi Pengolahan Air (IPA) Tanjungpiayu.

Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus mengatakan, pernyataan BP Batam terkait ketersediaan air baku yang diklaim masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumen tidak disertai data yang memadai terkait berapa lama kondisi waduk Duriangkang dan waduk lain tersebut akan bertahan.

Menurutnya kondisi saat ini, lebih buruk dibandingkan saat terjadi Elnino pada 2015. “Saat terjadi El Nino 2015, IPA Tanjungpiayu tidak terancam kandas. Untuk itu silakan ditafsirkan bagaimana kondisi saat ini,” kata Maria, Jumat (27/3/2020).

Potensi tumbangnya IPA Piayu, menurutnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan tidak beroperasinya IPA Tembesi. Karena keterlambatan operasional IPA Tembesi menyebabkan beban abstraksi air baku di Waduk Duriangkang jadi lebih besar dan akhirnya IPA Tanjungpiayu terancam kandas.

Saat pompa intake di IPA Tanjungpiayu semakin mendekati dasar waduk, maka lumpur yang mengendap di dasar waduk juga berpotensi ikut tersedot. Saat itu terjadi, maka IPA Tanjungpiayu berpotensi mengalami gagal beroperasi karena mengalami kerusakan.

“IPA akan berhenti beroperasi dan Batam tetap mengalami defisit air bersih sebesar 225 liter perdetik,” ujar Maria.

Untuk meminimalisir resiko tersebut, maka dalam waktu dekat ATB berencana akan memasang slab beton atau material sejenis pada permukaan lumpur.  

Pemasangan slab beton diharapkan cukup efektif untuk mencegah lumpur tersedot saat pompa intake semakin mendekati dasar waduk. Upaya ini diharapkan mampu memberikan waktu bernafas setidaknya hingga 15 hari kedepan bila tidak turun hujan.

Dan saat pemasangan instalasi slab beton dilakukan, pemadaman air kepada pelanggan harus dilakukan.

“Tapi jika nanti pompa telah menyentuh slab beton tersebut, maka dengan sendirinya pompa akan kami hentikan guna menghindari kerusakan yang lebih buruk pada instalasi pengolahan,” tegasnya.

Opsi penggiliran dilakukan saat pompa telah menyentuh dasar waduk dinilai bukanlah opsi yang ideal itulah mengapa usulan penggiliran sebelum elevasi -3.4 telah diusulkan.  

“Kami sadar bahwa keputusan untuk melakukan penggiliran memang ada di tangan pemerintah. Kami tidak berhak memutuskan penggiliran atau tidak. Itu domain pemerintah,” ucap Maria.

Pembatalan penggiliran oleh BP Batam dinilai hanya menunda waktu, karena apapun yang terjadi jika IPA Tanjungpiayu kandas dan berhenti operasi, opsi penggiliran terpaksa dialami oleh pelanggan yang terdampak.

Sedangkan sistem SCADA yang dimiliki PT. ATB disebut bukan merupakan alat untuk menambah ketersediaan air baku. Namun membantu agar sistem distribusi dapat berjalan secara efisien dengan tingkat kebocoran yang rendah.

“Jadi kalau air bakunya yang tinggal sedikit, bukan sistemnya yang disalahkan memang air di waduknya yang semakin berkurang," jelasnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews