Soerya Jalin Keakraban dengan Milenial Kreator Start Up

Soerya Jalin Keakraban dengan Milenial Kreator Start Up

Soerya Respationo sambil duduk lesehan berdiskusi dengan kalangan milenial kreator start up di Batam.

Batam - Komunitas milenial kreatif dan digital semakin berkembang di Batam. Keberadaan mereka perlu didukung dengan kebijakan yang maksimal dari pemerintah.

Tokoh masyarakat Kepulauan Riau, Soerya Resptiono menilai kiprah milenial dalam berkreasi tak bisa dinafikkan. Kalangan muda kreatif kini memberikan warna dalam kehidupan sosial, ekonomi bahkan hingga politik.

Sabtu (14/12/2019) pagi, Soerya bertemu BASE Inkubator di Co-Working Space Ruang Kreasi, di Komplek Nusantara Golden, Batam Center.

Dia disambut oleh Arseto, founder dari BASE Inkubator dan Ammar Satria dari Batam Creative Hub.

"Kami telah banyak melahirkan start-up digital dari ide sampaikan ke funding atau pendanaan, kendala kami memang di regulasi yang selalu disamakan dengan UKM konvensional, dari perizinan, legalitas, pajak usaha sampai ke aturan-aturan tidak berpihak kepada kami," kata Arseto.

Bagi dia, seharusnya milenial yang tergabung dalam komunitas kreatif dan digital dapat didukung semaksimal mungkin melalui dan oleh jalur-jalur formal pemerintahan. 

Sementara, Ammar menambahkan kebijakan digital adalah bagaimana pemerintah menerjemahkan visi politik menjadi program dan aksi untuk mengembangkan sumber daya digital daerah serta mendorong penggunaan sumber daya tersebut secara efektif. 

Atau secara sederhana, arahan bagaimana pemerintah menggunakan kreatifitas untuk mendorong perekonomian negara. 

"Negara-negara yang pertumbuhannya stabil cenderung mempunyai kebijakan dan pendanaan untuk inovasi digital yang ditujukan pada sektor publik," kata Ammar.

Potensi Batam

Saat ini, imbuh dia, Batam sendiri memiliki potensi yang besar, sekitar 720.000 warga Batam sudah terhubung dengan internet, artinya setengah dari 1,5 juta penduduk Batam sudah memiliki akses internet. 

"Ini merupakan fondasi awal dari ekonomi digital, ujar Ammar.

Pemerintah sendiri memiliki Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2018-2025 (Perpres Rindekraf). Perpres ini mempunyai visi yaitu ekonomi kreatif sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.  

Presiden Jokowi sedang menaruh harapan besar di pundak kaum muda, terutama dengan maraknya start-up dan unicorns mereka yang masuk dalam jajaran sub-sektor Ekraf. Padahal sektor unggulan kita masih industri pengolahan (20,93%); Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (12,38%), konstruksi (10,2%) dan perdagangan. 

"Ekraf sendiri dikatakan baru berkontribusi sebesar 7,44%," kata Ammar.

Pelaku start up di Batam perlu pemikir-pemikir jenis baru, yang berani menunjukkan sosial impact digital start up bukan hanya tentang teknologi, tetapi ide kreatif adalah solusi, inovasi dan bahkan strategi. 

Para pelaku start up juga harus dapat keluar dari zona nyaman dengan sesama start up atau pekerja kreatif dan mulai berkolaborasi interdisipliner dengan profesional bidang lain – ekonomi, antropologi, teknik, agrikultur dan sebagainya sehingga start up dapat mengubah hidup orang banyak. 

"Start up menjadi agen perubahan, bukan hanya sebagai pemberi jasa industri ini," kata dia.

Mendengar pemaparan itu, Soerya menyampaikan kehadiran dirinya menyambut baik dan merasa kagum dengan tumbuhnya industri kreatif yang dicetuskan oleh kalangan muda Batam ini.

"Saya hari ini belanja masalah, mendengarkan masukan-masukan dari teman-teman apa saja kendala yang dihadapi oleh komunitas di sini," kata Soerya.

Soerya menyampaikan bahwa ini merupakan komunikasi awal yang baik. Dia mengharapkan jangan sampai ada gap antara pelaku konvensional dan praktisi digital start-up ini.

"Tugas kita bagaimana menghubungkan pelaku UKM agar bersentuhan dengan platform digital, memang tidak mudah, bahkan mungkin ada yang menolaknya, tapi lebih baik di perkenalkan dari pada ketinggalan di landasan," kata Soerya.

"Saya akan coba atur audiensi dengan Gubernur, Ketua DPRD Provinsi Kepri, Ketua DPRD Kota Batam cari waktunya, siapkan konsepnya, paparkan metodologinya, susun road mapnya, saya yakin selama gagasan dan konsepnya baik, pasti pemerintah akan menyambut baik ini,"  imbuhnya. 

Sebetulnya, ada diskrepansi besar antara visi dan realitas saat ini. Di satu sisi pemerintah melihat peluang besar dalam ekonomi kreatif, termasuk ekonomi digital dalamnya.

Di sisi lain, lanjut Soerya, masyarakat secara luas jarang sekali bersentuhan dengan dunia digital sehingga dianggap benda asing.
 
"Ini adalah tantangan bagi para start up digital di Kepulauan Riau, bagaimana menyikapi kebijakan dan arahan yang sudah disiapkan pemerintah, yang siap untuk menyokong industri kreatif secara keseluruhan. Kita lihat Singapura dan Batam, seperti bumi dan langit ya," tutur Soerya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews