DPRD Kepri Belajar Pengelolaan Sampah ke ITS Surabaya

DPRD Kepri Belajar Pengelolaan Sampah ke ITS Surabaya

Rombongan Komisi III DPRD Kepri belajar tata kelola sampah ke ITS Surabaya. (Foto: istimewa)

Tanjungpinang - Komisi III DPRD Kepulauan Riau mengunjungi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk mempelajari pengelolaan sampah, Kamis, (7/11/2019). 

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kepri Surya Sardi mengatakan permasalahan pengelolaan sampah memang kerap terjadi di kota-kota besar seperti di Kepri, khususnya Batam. 

Ia mengatakan saat ini sampah yang dihasilkan di Batam berkisar 600 sampai 800 ton per harinya.

"Dengan jumlah sampah segitu dan proses pengolahan yang bisa dibilang masih tradisional maka jumlah sampah di TPA akan terus menumpuk dan akhirnya tidak tertampung di TPA," kata Surya Sardi.

Hal senada disampaikan anggota Komisi III Lis Darmansyah, menurutnya pengolahan sampah masih secara tradisional maka lama kelamaan tentu akan membutuhkan lahan baru untuk dijadikan TPA karena daya tampung TPA yang lama tidak cukup lagi. 

"Sementara di daerah kepulauan seperti tempat kami ini sangat susah untuk mencari lahan, apalagi untuk dijadikan sebaga tempat pembuangan akhir atau TPA," katanya.

Ia mengatakan bahwa kunjungan Komisi III ke ITS Surabaya ini bermaksud untuk mempelajari bagaimana cara pengolahan sampah dengan sistem zero waste sehingga bisa mengurangi jumlah tumpukan sampah di TPA. 

Menurutnya pengolahan sampah di Kepri ini memiliki potensi yang sangat luar biasa jika memang teknologi yang diterapkan sesuai.

ITS sebagai salah lembaga pendidikan tinggi yang berpengalamaan dalam teknologi pengolahan sampah dianggap mampu mengolah sampah di Kepri. 

"Kita melihat ITS ini sudah berhasil mengolah sampah dengan teknologi modern di Surabaya," terang Lis.

Menanggapi hal ini, Rektor ITS Surabaya Prof. Mochamad Ashari mengatakan bahwa ITS telah mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang saat ini telah diterapkan di Pemkot Surabaya. 

"Saat ini kami sebagai konsultan dalam pengolahan sampah Pemkot Surabaya," terangnya.

Ia juga menjelaskan teknologi pengolahan sampah yang saat ini diterapkan di Surabaya ada beberapa yakni dengan ditimbun atau landfill dan metode termal.

Metode landfill yakni metode dengan cara sampah ditimbun dan menghasilkan gas metan yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik. 

Sedangkan metode termal dijelaskannya yakni dengan cara dibakar untuk menghangatkan ketel air dan menghasilkan uap yang digunakan untuk membangkitkan mesin pembangkit listrik (bio energi).

"Saat ini memang dua metode tersebut yang kami gunakan dalam mengolah sampah dan bisa menghasilkan listrik," jelasnya.

Dari dua metode tersebut memang dinilai belum bisa menghasilkan listrik yang signifikan, namun bisa mengurangi sampah yang jumlahnya cukup signifikan.

Sedangkan Dekan Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian IDAA Warmadewanti ST MT PhD menjelaskan produksi sampah di Surabaya per harinya mencapai 1.700 ton. 

Dari total tersebut 20 persen direduksi oleh warga dengan rumah kompos yang jumlahnya 21 unit yang tersebar di seluruh Surabaya.

"Sebanyak 500 ton diolah dengan metode landfill dan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 2 MV, dan 1000 ton sisanya diolah dengan metode termal dan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 11 MW," tuturnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews