Jakarta - Bawaslu menepis tuduhan Rocky Gerung yang menyebut Bawaslu dan KPU sibuk mengurusi hal teknis. Bawaslu menegaskan pihaknya tidak hanya mengurus hal teknis, tetapi juga memberikan pendidikan politik ke masyarakat.

"Sepertinya Bawaslu banyak turun ke bawah untuk sosialisasi anti-hoax, atau antiujaran kebencian, itu kan bagian daripada masyarakat untuk bisa melihat bahwa proses pemilu bukan hanya sekedar mencoblos, tapi juga bagian untuk pendidikan politik bagi masyarakat," tutur Anggota Bawaslu, Fritz Edward Siregar, Rabu (27/3/2019).

Tak hanya itu, dia juga menyebut Bawaslu juga turut mengajak masyarakat agar berpartisipasi di pemilu nanti. Fritz membantah bila Bawaslu hanya mengurus soal pelanggaran pose jari.

"Kami juga mengajak masyarakat untuk menjadi bagian partisipasif, itukan bagian dari pendidikan politik juga," katanya.

Rocky sebelumnya menebut Bawaslu sebagai 'Bawasri' alias Badan Pengawas Jari. Terkait hal ini, Fritz mengatakan Bawaslu terus menjalankan fungsi pengawasan dengan baik.

"Kalau itu (Bawasri) kami melihat itukan bagian dari tugas kami daripada proses pemilu itu, kita melakukan pengawasan tahapan, kita melakukan fungsi penindakan, ada 2 putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, ya silakan lah melihat itu," imbuhnya.

Sebelumnya, Rocky Gerung mengkritik KPU dan Bawaslu karena dinilai terlalu sibuk mengurusi perkara teknis.Dia menyinggung soal kotak suara kardus yang disediakan KPU dalam Pemilu 2019. Menurut Rocky, polemik kotak suara kardus itu timbul karena ketidakpercayaan publik terhadap KPU.

"Saya juga mau kritik KPU juncto Bawaslu. KPU dan Bawaslu terlalu terlibat dalam soal teknis. Seolah-olah pemilu itu cuma urusan teknis. Tapi pemilu urusan etis," kata Rocky dalam diskusi 'Bongkar Carut Marut DPT!' di di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

(*)