3 Tahun Pemerintahan AWe – Nizar (1)

Membangun Lingga dengan Hutang Rp127 Miliar Hingga APBD Tembus Rp1 Triliun

Membangun Lingga dengan Hutang Rp127 Miliar Hingga APBD Tembus Rp1 Triliun

Wakil Bupati Lingga, Muhammad Nizar (kiri) dan Bupati Lingga, Alias Wello (Kanan) (Foto:ist)

Tak terasa, tiga tahun sudah usia pemerintahan Alias Wello-Muhammad Nizar yang dikenal dengan tagline AWe-Nizar dalam memimpin Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, bumi "Bunda Tanah Melayu" itu.

Selama tiga tahun itu pula, AWe lebih banyak menghabiskan waktunya di perjalanan antara Lingga-Batam/Tanjungpinang-Jakarta.

Tak perduli siang dan malam, tak perduli gelombang laut menghadangnya, tekadnya hanya satu. Lingga harus maju… !!!

Diawal pemerintahannya, banyak yang meragukan kemampuan AWe-Nizar untuk mengubah Lingga menjadi lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.

Apalagi, keduanya memulai tugasnya sebagai kepala daerah dengan kondisi keuangan yang minus atau terhutang dengan pihak ketiga sebesar Rp127 miliar.

Belum lagi, sejumlah kewenangannya dilucuti seiring pemberlakuan Undang-undang (UU) Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Namun, bukan AWe kalau dia menyerah dan tidak mampu membalikkan keadaan. Saya sudah cukup lama mengenal pribadinya. Mulai dari Pemuda Pancasila, hingga memimpin Surat Kabar Mingguan (SKM) GeNTA Biro Kepulauan Riau.

Ia adalah sosok petarung yang berani menghadapi tantangan. Karenanya, saya termasuk orang yang cukup optimistis Kabupaten Lingga akan mengalami kemajuan yang pesat di tangan AWe-Nizar. 

Untuk menjaga stabilitas keuangan daerah yang dipimpinnya, AWe langsung melakukan penghematan di berbagai sektor.

Pada tahun pertama, Ia menargetkan hutang pemerintahan sebelumnya sebesar Rp127 miliar yang menyebabkan sejumlah Penyedia Barang/Jasa di Kabupaten Lingga kelimpungan, harus tuntas.

Salah satu sektor pengeluaran yang menjadi incaran AWe untuk dilakukan penghematan adalah belanja pegawai, khususnya belanja perjalanan dinas dan pembayaran gaji Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Tenaga Harian Lepas (THL).

AWe memandang perbandingan jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan  PTT dan THL tidak proporsional.

“Saya melihat jumlah ASN Kabupaten Lingga pada saat itu, sangat tidak proporsional lagi dibanding jumlah PTT dan THL. ASN Lingga berjumlah sekitar 3.000 orang, akan tetapi jumlah PTT dan THL mencapai 2.200 orang. Saya langsung kumpulkan seluruh OPD dan membuat komitmen mengurangi belanja perjalanan dinas, serta rasionalisasi jumlah pegawai PTT dan THL,” katanya.

Rasionalisasi PTT dan THL yang dilakukan AWe secara besar-besaran pada tahun ke-2 pemerintahannya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Tak sedikit keluarga tim suksesnya yang terkena imbas rasionalisasi tersebut. Namun, AWe tak bergeming.

Perubahan harus terjadi. Ia ingin belanja gaji PTT dan THL Lingga sebesar Rp38 miliar per tahun itu, tidak lagi membebani keuangan daerah.

“Alhamdulillah, rasionalisasi PTT dan THL itu dapat menghemat pengeluaran daerah sekitar Rp16 miliar per tahun. Dana itulah yang kami gunakan untuk pembiayaan pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Dampaknya luar biasa. Dulu, dana itu hanya dinikmati segelintir orang, tapi kini bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Lingga,” bebernya.

Kini tiga tahun sudah berlalu. Berbagai prestasi dan penghargaan sudah diraihnya. Kabupaten Lingga yang diawal kepemimpinan AWe-Nizar hanya memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp18 miliar, kini sukses mencapai angka Rp30 miliar. Begitu juga APBD-nya yang diawali dengan angka Rp715 miliar dan defisit sebesar Rp127 miliar, kini naik menjadi Rp919 miliar.

“Insya Allah, akhir tahun 2019 ini, saya targetkan APBD Perubahan Lingga sudah tembus angka Rp1 Triliun. Begitu juga PAD-nya. Tahun depan, saya targetkan sudah mencapai Rp35 miliar,” katanya.

Prestasi lainnya yang sukses dicapai AWe-Nizar dalam tiga tahun pemerintahannya, yakni pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangannya.

Di bidang lingkungan hidup, di tangan AWe-Nizar, Lingga sukses meraih Piala Adipura setelah penantian panjang selama 15 tahun.

“Semua ini diperoleh bukan sebuah hadiah, melainkan tanggung jawab atas komitmen melakukan perbaikan dan kerja keras dalam menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi pemerintahan. Begitu juga dengan perbaikan kualitas lingkungan hidup, kita tak pernah main-main,” tegasnya.

Soal suara-suara sumbang yang masih terdengar di tengah-tengah capaian tiga tahun pemerintahannya, AWe tak pernah menutup telinga. Semuanya didengar. Karena Ia meyakini kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT.

"Saya tak mungkin bisa bekerja sendirian, tanpa dukungan semua pihak. Apalagi di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki. Tapi, saya tak akan menyerah. Tonggak sejarah pembangunan Lingga sudah ditancapkan. Bukan untuk saya dan Nizar pribadi, tapi untuk anak cucu kita ke depan," katanya.

Oleh: Ady Indra Pawennari


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews