Kemenpar Khawatir Capaian Wisman Tak Sesuai Target, Ini Penyebabnya

Kemenpar Khawatir Capaian Wisman Tak Sesuai Target, Ini Penyebabnya

Kepala Biro Komunikasi Kemenpar, Guntur Sakti. (Foto: Yude/batamnews).

Batam - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) khawatir kunjungan wisawatan asing tidak mencapai target. Kekhawatiran itu muncul akibat pengaruh bencana alam yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. 

Kemenpar menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi itu. Salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah Kepulauan Riau penyumbang wisatawan terbesar.

Kemenpar menargetkan 17 juta wisawatan mancanegara datang ke Indonesia, 2,2 juta untuk Kepri. Namun, target itu sepertinya tidak tercapai. Contohnya kunjungan wisawatan Kepri masih di angka 1,4 juta per Agustus 2018.

Salah satu langkah Kemenpar tersebut yaitu penerapan manajemen krisis pariwisata. 

"Alasannya, bagian barat, Kepri penyumbang wisman terbesar," kata Kepala Biro Komunikasi Kemenpar, Guntur Sakti di Pacific Palace Hotel, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (1/11/2018) siang.

Guntur juga mengatakan, kawasan Kepri memang aman dari bencana alam. Namun, bencana gempa yang melanda Lombok dan Bima, Nusa Tenggara Barat menjadi pukulan besar bagi pariwisata Indonesia. 

"Ada ratusan ribu wisatawan mancanegara yang batal datang ke Indonesia, sehingga mempengaruhi capaian jumlah kunjungan," katanya.

Ia melanjutkan, program tersebut mengatasi bencana alam tidak berdampak kepada kunjungan wisatawan Kepri. "Kita pastikan Kepri aman, termasuk aman dari gempa," katanya. 

Kemenpar membagi krisis menjadi tiga bentuk berdasarkan efek yang ditimbulkan. Pertama, marketing krisis adalah krisis yang terlihat dari terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan disatu destinasi wisata karena bencana. 

Kedua, krisis sumber daya, dimana indikatornya adalah wisatawan yang terdampak dari sebuah kejadian atau bencana di suatu daerah.

Ketiga, krisis destinasi atau infrastruktur. Ini adalah krisis terberat dimana butuh waktu lama untuk mengembalikan stabilitas seperti saat sebelum terjadi bencana. 

“Krisis ini bisa dilihat dari level kerusakan sebuah destinasi atau kawasan pariwisata,” ucapnya.

Kepala Bagian Manajemen Krisis Kepariwisataan, Kemenpar, Dessy Ruhati mengatakan, program manejemen krisis dijalankan sistematis dan terukur. Mulai dari proses monitoring informasi dari berbagai sumber dan survei langsung. 

"Hasilnya kita membentuk krisis centre di lokasi bencana, proses evakuasi wisatawan jika diperlukan hingga proses pemulihan," katanya.

(ude)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews