Trump, Presiden Amerika yang Mau Ketemu Jong Un, Apa Hasilnya?

Trump, Presiden Amerika yang Mau Ketemu Jong Un, Apa Hasilnya?

Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

BATAMNEWS.CO.ID, - Sejarah tercipta, akhirnya ada Presiden Amerika yang mau bertemu dengan Presiden Korea Utara. Donald Trump menerima undangan Kim Jong Un untuk bertemu.

Padahal, beberapa Presiden Amerika sebelumnya juga pernah diundang Presiden Korea Utara. Bill Clinton dan George Bush diantaranya.

Clinton pada tahun 2000 juga diundang Presiden Korea Utara ke Pyongyang. Tapi Clinton tak seperti Trump.

Clinton tidak bersedia bertemu Kim Jong II sebelum memahami lebih jauh apa yang bisa disepakati dalam pertemuan tersebut dan semuanya benar-benar dipersiapkan dengan matang.

Clinton memilih hanya mengirimkan utusannya saja, yaitu Menteri Luar Negeri AS. Dari sini, diketahui ternyata Korea Utara dan AS sangat berseberangan dalam rincian pakta rudal.

 Korea Utara bersedia berhenti menjual rudal dan Korea Utara bahkan mau setop memproduksi rudal. Namun mereka tidak bersedia menyerahkan rudal yang mereka punya.

Demikian pula dengan George Bush. Bush tetap melibatkan Korea Utara dalam perundingan.

 Hanya saja dia membuatnya menjadi perundingan enam negara. Keenam negara itu antara lain, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, dan China.

Dilibatkannya banyak pihak demi memastikan bahwa Pyongyang tidak dapat menggunakan provokasi untuk "mengamankan tujuan mereka saat pembicaraan langsung dengan AS".

Sepemikiran dengan Clinton dan Bush, Obama menilai, adalah sebuah kesalahan untuk masuk ke pusaran provokasi Pyongyang.

"Ini merupakan pola yang sama dengan yang kita lihat pada rezim ayah dan kakeknya," ujar Obama pada tahun 2013.

Bill Clinton memang akhirnya menginjakkan kaki di Korea Utara pada tahun 2009 lalu. Tetapi, kunjungan Clinton itu untuk menjalankan misi pembebasan terhadap dua jurnalis AS yang dipenjara dan dijadikan alat untuk menarik tokoh penting Negeri Paman Sam mengunjungi negara itu.

Jimmy Carter juga tercatat pernah mengunjungi Korea Utara. Kunjungannya pada tahun 2010 adalah untuk membawa pulang seorang warga AS yang ditawan di negara itu.

Menemui Jong Un berbekal naluri

Hanya berbekal naluri, Trump menemui Jong Un untuk membahas perdamaian. Trump melakukannya tanpa bantuan penasihat senior yang terlatih dalam ilmu fisika nuklir.

Trump menemui Jong Un tanpa persiapan khusus. Menurutnya, yang penting adalah sikap.

Dengan percaya diri, bahkan Trump yakin hanya butuh waktu satu menit untuk mengetahui apakah  Jong Un serius membuat kesepakatan dengannya. Semangat Trump adalah, untuk membawa misi perdamaian.

Trump yakin semua akan berjalan dengan lancar ketika ia melakukan berdasarkan perasaan dan kata hatinya.

“Dan jika hati kecil saya mengatakan semuanya tidak akan berjalan (dengan baik), saya tidak akan menyia-nyiakan waktu saya. Saya juga tidak mau menyia-nyiakan waktunya Kim Jong-un.”  kata Trump dalam konferensi pers sebelum meninggalkan KTT G-7 di Quebec, Kanada, Sabtu (9/6/3018) yang dilansir Time.

Tujuan Trump sebenarnya

Pengamat politik di Amerika berpendapat, pertemuan Trump dengan Jong Un ini dapat meningkatkan suaranya di partainya. Warga Amerika banyak yang mendukung pertemuan tersebut.

"Ini memberi kesempatan kepada presiden untuk mengklaim kesuksesan dengan rakyat Amerika," kata Shibley Telhami, seorang profesor pemerintah dan politik serta direktur Polling Isu Kritis Universitas Maryland.

Pengamat politik di AS lainnya, Daniel Russel, mantan pejabat Kementrian Luar Negeri yang sepanjang karirnya berurusan dengan rezim Korea Utara menilai keputusan Trump berisiko menjadi blunder politik paling serius bagi perdamaian dunia.

Menurutnya, separuh dunia menganggap pertemuan ini semacam hail Mary (istilah American Football untuk tindakan putus asa dengan kemungkinan berhasil yang kecil) yang terburu nafsu. Separuh dunia lainnya memandang pertemuan ini sebagai potensi menyelesaikan permasalahan pelik yang selama ini mengalami kebuntuan: nuklir Korea Utara.

Semua orang berharap KTT ini akan berhasil menghasilkan terobosan, tapi orang-orang yang telah memerhatikan selama bertahun-tahun dan mengamati kebangkitan dan kejatuhan upaya-upaya sebelumnya, saya rasa, cukup skeptis.

Meski begitu, mantan diplomat kenamaan di Asia Timur, di bawah pemerintahan Obama yang pernah membantu membimbing dua mantan presiden dalam proses kunjungan ke Pyongyang itu mengatakan, hasil negosiasi Trump kepada Jong Un tidak bisa diprediksi.

"Apakah kita bisa menilai ungkapan-ungkapan kontradiktif seperti Little Rocket Man akan dihancurkan total lalu Dia pintar kok dan kami punya chemistry, atau fire and fury lalu OK, saya akan menemuinya bulan depan. Bahwa itu adalah kunci rahasia yang akan memecahkan masalah nuklir Korea Utara? Saya benar-benar gak tahu," katanya.

(deb)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews