Waspada, Kematian Akibat Penyakit Jantung Terus Meningkat di Indonesia

Waspada, Kematian Akibat Penyakit Jantung Terus Meningkat di Indonesia

Ilustrasi penyakit jantung. (Foto: shutterstock)

Jakarta, Batamnews - Jantung, organ vital dalam tubuh manusia, memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan. Organ ini bertugas memompa darah ke seluruh tubuh, dan jika mengalami gangguan, dapat berakibat fatal.

Salah satu penyakit yang harus diwaspadai adalah penyakit jantung, yang saat ini menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya sekitar 17,8 juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung. Ini berarti satu dari tiga kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung.

Situasi di Indonesia juga cukup mengkhawatirkan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat bahwa kasus penyakit jantung di negara ini termasuk yang tertinggi dibandingkan penyakit lainnya.

Baca juga: Ramadhan Sananta dan Beckham Putra Berangkat ke China Perkuat Timnas di 16 Besar Asian Games

"Di Indonesia, kasus kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai sekitar 651.481 penduduk per tahun," ujar Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, dalam konferensi Hari Jantung Sedunia 2023 yang berlangsung pada Senin (25/9/2023).

Eva menjabarkan bahwa angka tersebut terdiri dari 331.349 kematian akibat stroke, 245.343 akibat penyakit jantung koroner, serta 50.620 akibat sakit jantung hipertensi, dan beberapa penyakit kardiovaskular lainnya.

Kementerian Kesehatan juga mengutip data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang menunjukkan bahwa 1 dari 1.000 orang Indonesia memiliki risiko mengalami penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah kondisi di mana pembuluh darah arteri jantung mengalami penyempitan.

Baca juga: Dua Kades di Karimun Gabung Partai NasDem, Siap Bertarung di Pileg 2024

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 dan 2018, terlihat adanya peningkatan prevalensi kasus penyakit jantung di Indonesia. Pada tahun 2013, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter mencapai 0,5 persen. Namun, pada tahun 2018, prevalensi ini meningkat menjadi 1,5 persen.

Eva Susanti menambahkan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang kurang sehat, seperti pola makan yang tidak seimbang dan tingginya kebiasaan merokok. "Peningkatan ini juga terkait dengan konsumsi tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) serta gaya hidup yang tidak sehat," ungkapnya.

Dampak buruk dari peningkatan kasus penyakit jantung ini tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki beban ekonomi dan sosial yang tinggi bagi negara.

Penyakit jantung harus menjadi perhatian serius bagi semua orang, dan langkah-langkah untuk menjalani gaya hidup sehat serta pencegahan menjadi hal yang sangat penting dalam menanggulangi ancaman penyakit jantung di Indonesia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews