Xinyi Glass Investasi 175 Triliun Rupiah untuk Bangun Pabrik Kaca Terbesar dan Panel Surya di Rempang

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia saat berkunjung ke kantor pusat Xinyi Grup di Wuhu, Cina beberapa waktu lalu (ilustrasi)
Batam, Batamnews - Proyek yang telah mati selama hampir dua dekade di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, kini tengah bangkit kembali berkat dukungan dari pemerintah pusat. Pemerintah telah berhasil mendatangkan Xinyi Glass Holdings Ltd., perusahaan asal Cina, sebagai salah satu investor utama yang akan mengembangkan kawasan tersebut.
Dalam sebuah komitmen investasi, Xinyi Glass Holdings Ltd. berencana untuk menggelontorkan dana senilai US$ 11,6 miliar atau setara dengan Rp 175 triliun ke proyek yang dikenal dengan sebutan Rempang Eco City. Investasi besar ini diperkirakan akan menciptakan hingga 35 ribu lapangan kerja di daerah tersebut.
Xinyi Glass Holdings Ltd. berencana untuk membangun pabrik kaca dan panel surya di Pulau Rempang. Bahan baku utama yang akan digunakan adalah pasir kuarsa yang akan diambil dari Kepulauan Riau, termasuk Pulau Lingga dan Natuna.
Untuk menjalankan proyek ini dengan lancar, Xinyi Glass Holdings Ltd. membutuhkan tanah seluas 1.154 hektare yang harus diserahkan dalam kondisi bersih dan siap digunakan dalam waktu 30 hari.
Dilansir tempo.co, Senin (18/9/2023), Tomy Winata, pendiri Artha Graha Group, mengatakan proyek ini menjadi hidup kembali berkat upaya pembebasan lahan yang dilakukan oleh BP Batam, yang kemudian menyerahkan kawasan tersebut kepada pihaknya untuk menarik investor.
Tomy Winata menjelaskan, "BP Batam sudah kosongkan baru serahkan kepada kami, untuk kami, dasar itu untuk menyiapkan investor masuk."
Penting untuk dicatat bahwa PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Artha Group, telah memperoleh hak eksklusif dari Otorita Batam (sekarang bernama Badan Pengusahaan Batam) dan Pemerintah Kota Batam untuk mengelola dan mengembangkan Rempang Eco City. MEG menguasai sertifikat hak guna bangunan seluas 16.583 hektare dengan masa konsesi 80 tahun.
Baca juga: Kepala BP Batam Rudi: Hanya 3 Kampung Bukan 16 Kampung yang Akan Direlokasi di Rempang
Investasi Xinyi di Indonesia
Perusahaan Xinyi Glass Holdings Ltd. bukanlah nama yang asing dalam dunia investasi di Indonesia. Mereka sebelumnya telah menggelontorkan investasi besar dalam proyek kaca industri di kawasan JIIPE (Java Integrated Industrial and Ports Estate) di Manyar, Gresik, Jawa Timur, pada akhir Agustus 2022. Di sana, Xinyi Glass Holdings Ltd. telah menginvestasikan US$ 700 juta untuk membangun pabrik kaca industri.
Namun, kebutuhan Xinyi Glass Holdings Ltd. akan lahan yang lebih luas mendorong mereka untuk mencari lokasi tambahan di Pulau Rempang.
Seorang pejabat di Kementerian Koordinator Perekonomian menjelaskan bahwa Xinyi memerlukan lahan seluas 2 ribu hektare, sedangkan di Gresik hanya tersedia lahan sekitar 1.000-an hektare.
Salah satu pendorong utama kebutuhan lahan yang besar adalah rencana Xinyi untuk membangun pabrik kaca dan panel surya.
Baca juga: Keterlibatan Tomy Winata Dalam Kontroversi Pembangunan Rempang Eco City di Batam
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa investasi Xinyi Group di Rempang Eco-City terkait dengan penghiliran pasir kuarsa.
"Kita punya pasir kuarsa, silika, yang selama ini kita ekspor sebagai bahan baku mentah. Dengan membangun ekosistem pabrik kaca dan panel surya, ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi di sektor pasir kuarsa," ujarnya.
Selain itu, Batam telah menjadi lokasi yang menarik untuk membangun pabrik panel surya karena pemerintah berencana untuk mengekspor listrik ke Singapura. Dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik 4 gigawatt di Singapura, diperlukan pasokan panel surya berkapasitas 24 gigawatt-peak.
Pemerintah berharap panel surya ini dapat diproduksi di dalam negeri, dan salah satu konsorsium yang berpeluang menjadi pemasok adalah Indonesia Solar Panel Industry and Renewable Alliance (Inspira).
Dengan rencana ini, Xinyi Glass Holdings Ltd. memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemasok panel surya. Meskipun begitu, Tomy Winata menegaskan bahwa belum semua lahan di Rempang Eco-City akan digunakan oleh Xinyi untuk membangun pabrik mereka.
Ia menjelaskan, "Kalau Anda punya rumah seluas 1.000 meter, apakah Anda bisa memakainya semua? Tentu saja tidak."
Selain Xinyi, sejumlah perusahaan lokal dan asing juga telah melakukan investasi di Rempang Eco City.
Proyek ini menandai langkah besar dalam membangun kawasan industri yang berkelanjutan dan berpotensi memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Komentar Via Facebook :