Menjelajahi Keindahan Tikar Pandan Serasan, Kerajinan Tradisional Natuna yang Memikat Hati

Menjelajahi Keindahan Tikar Pandan Serasan, Kerajinan Tradisional Natuna yang Memikat Hati

Tikar Pandan Serasan, salah satu kerajinan khas Pulau Natuna. (Foto: Dinas Pariwisata Natuna)

Natuna, Batamnews - Seni menganyam tikar pandan menjadi kebiasaan turun temurun bagi masyarakat Serasan, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).

Upaya pelestarian kerajinan tradisional ini tidak hanya melibatkan generasi penerus dalam pembelajaran menganyam, tetapi juga menjadi bagian dari kurikulum lokal di sekolah-sekolah setempat. Bahan utama yang digunakan dalam proses menganyam adalah pandan duri (Pandanus tectorius) dan jenis pandan lainnya yang melimpah di daerah Serasan.

Proses pembuatan tikar pandan memakan waktu yang cukup lama, karena hampir seluruh tahapannya dilakukan secara tradisional. Terlebih lagi jika tikar yang dihasilkan memiliki ukuran besar, berwarna-warni, dan bermotif.

Sebelum memulai menganyam, masyarakat terlebih dahulu mengumpulkan pandan dari lingkungan sekitar. Kemudian, mereka membersihkan pandan dari duri-duri menggunakan benang nilon atau senar pancing.

Baca juga: Cen Sui Lan: Pembangunan 2 Jembatan di Serasan Natuna Masuk Batch 2 Tahun Anggaran 2023

Setelah itu, pandan dipotong dengan ukuran yang sama dan dijemur hingga kering di bawah sinar matahari. Waktu pengeringan bergantung pada kondisi cuaca, biasanya memakan waktu sekitar 2-3 hari saat cuaca cerah.

Langkah berikutnya adalah meluruskan dan menghaluskan pandan yang telah kering menggunakan sebilah bambu. Setelah melalui tahap ini, penganyam sudah dapat mulai menganyam tikar dengan menggunakan pandan alami tanpa pewarna.

Namun, jika diinginkan tikar berwarna, proses pewarnaan perlu dilakukan. Pandan direbus dengan air yang telah dicampur dengan pewarna, baik itu pewarna alami maupun buatan.

Beberapa pewarna alami yang digunakan antara lain kunyit untuk menghasilkan warna kuning, pandan untuk menghasilkan warna hijau, dan tinta cumi atau sotong untuk warna hitam. Untuk mendapatkan warna lainnya, penganyam melakukan pencampuran warna berdasarkan ketiga warna dasar tersebut.

Baca juga: Tiga Tempat Berburu Oleh-oleh Terbaik saat Berlibur ke Natuna

Proses pewarnaan membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit, setelah itu pandan kembali dijemur hingga kering sebelum dilakukan penganyaman.

Tikar pandan Serasan tidak hanya menjadi produk lokal yang menarik, tetapi juga dapat dijadikan oleh-oleh bagi pengunjung yang datang ke Natuna. Anda tidak perlu pergi jauh ke Serasan untuk mendapatkan tikar pandan ini, karena telah didistribusikan ke beberapa lokasi di Natuna, bahkan hingga ke Tanjungpinang.

Harga tikar pandan bervariasi, tergantung pada ukuran, motif, dan warna yang dipilih.

Dengan keindahan dan keunikan tikar pandan Serasan, pelestarian tradisi menganyam ini terus menjadi warisan budaya yang berharga bagi masyarakat setempat. Selain menjadi mata pencaharian yang penting, menganyam tikar juga menjadi simbol kebersamaan dan kekayaan kreativitas dalam masyarakat Serasan, Natuna.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews