Interpol Peringatkan 'Krisis Perdagangan Manusia Global' Terkait Korban Penipuan Pekerjaan, Begini Modusnya

Interpol Peringatkan

Interpol peringatkan adanya krisis perdagangan manusia global terkait korban penipuan pekerjaan (ilustrasi)

Singapura, Batamnews - Interpol telah mengeluarkan peringatan global mengenai tren peningkatan perdagangan manusia dalam skala besar. Hal itu diungkapkan dalam konferensi bersama kepala kepolisian dari seluruh dunia untuk pertama kalinya di Singapura, yang dimulai pada hari Rabu (7/6/2023).

Dalam kasus-kasus tersebut, korban ditipu melalui iklan pekerjaan palsu ke pusat penipuan online, dan kemudian diculik dan dipaksa untuk melakukan kejahatan keuangan.

Baca juga: Cuaca di Perairan Batam, Kamis: Waspada Terhadap Ketinggian Gelombang dan Hujan Ringan

Interpol mengatakan bahwa penelitian baru menunjukkan bahwa modus operandi ini berkembang dengan cepat dan telah mengambil "dimensi global baru", sehingga mendorong organisasi ini untuk mengeluarkan Peringatan Orange kepada anggotanya, yang menandakan ancaman serius dan mendesak terhadap keamanan publik.

Pusat penipuan online awalnya terpusat di Kamboja, dengan pusat perdagangan manusia kemudian ditemukan juga di Laos dan Myanmar.

Menurut pernyataan media Interpol pada hari Rabu (7/6), pusat-pusat perdagangan manusia ini sekarang telah diidentifikasi di setidaknya empat negara Asia lainnya.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Batam Hari Kamis: Berawan dan Angin Kencang

Interpol tidak menyebutkan negara-negara ini, tetapi menambahkan bahwa modus operandi yang sama juga diterapkan di wilayah lain seperti Afrika Barat, di mana "kejahatan keuangan berbasis siber" sudah umum terjadi.

Modus Operandi

Interpol mengatakan bahwa laporan tentang kejahatan ini pertama kali muncul pada tahun 2021.

Kelompok kriminal memposting janji palsu tentang peluang pekerjaan menguntungkan di jejaring sosial dan situs rekrutmen, lalu menculik dan menahan pelamar yang tidak curiga dalam kondisi kehidupan yang tidak manusiawi.

Baca juga: Gasak Uang Jutaan Rupiah, Dua Penjahat Modus Ganjal ATM di Batam Ditangkap

Korban tersebut diperlakukan sebagai buruh paksa, dikenakan pemerasan, pemukulan, penyiksaan, pemerkosaan, dan bahkan pengambilan organ secara pura-pura dalam beberapa kasus.

Mereka kemudian dipaksa untuk melakukan kejahatan, terutama penipuan online.

Kelompok kriminal ini menggunakan skema seperti penipuan investasi, penipuan percintaan, dan penipuan terkait investasi kriptocurrency dan perjudian online.

Covid-19 memperluas jangkauan korban, dengan penipuan online meningkat saat tingkat digitalisasi meningkat selama lockdown pandemi, yang memaksa sebagian besar aktivitas dilakukan secara online.

Pandemi juga menyebabkan banyak orang menjadi pengangguran, sehingga menciptakan upaya putus asa untuk mendapatkan peluang kerja.

Baca juga: Dituntut 7 Tahun Penjara, Eks Pegawai Pegadaian Syariah Batam Sampaikan Pembelaan

Korban penipuan online yang ditargetkan oleh pusat penipuan awalnya sebagian besar berasal dari orang Tionghoa, tetapi saat ini semakin banyak berasal dari Amerika Utara, Eropa, dan bagian lain di Asia.

Interpol mengatakan bahwa pusat-pusat penipuan ini telah menjadi lebih canggih.

"Perkembangan terbaru dalam kecerdasan buatan dan model bahasa besar seperti ChatGPT juga dilaporkan digunakan oleh pusat penipuan online," kata Interpol.

"Pada saat yang sama, perangkat lunak terjemahan bahasa digunakan untuk menargetkan korban di negara-negara yang tidak diwakili oleh pekerja yang diperdagangkan."

Sekretaris Jenderal Interpol, Jürgen Stock, mengatakan bahwa apa yang awalnya merupakan ancaman kejahatan regional telah menjadi "krisis perdagangan manusia global".

"Hampir semua orang di dunia bisa menjadi korban perdagangan manusia atau penipuan online yang dilakukan melalui pusat-pusat kriminal ini," tambahnya.

"Diperlukan kerjasama polisi internasional yang lebih kuat untuk menghentikan tren kejahatan ini agar tidak semakin meluas." 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews