Sejarah Kampung Aceh, Tempat Judi dan Narkoba Bersarang di Batam

Sejarah Kampung Aceh, Tempat Judi dan Narkoba Bersarang di Batam

Kampung Aceh. (Foto: dok. Batamnews)

Batam - Nama Kampung Aceh cukup familiar di Batam. Namun, imej saat pertama kali mendengar Kampung Aceh bukan soal perkampungan yang banyak dihuni orang-orang asal Aceh. Yang terbersit justru narkoba, judi dan kriminal. Alamak.

Tentunya orang-orang Aceh tak akan senang dikaitkan dengan kampung sarang narkoba, judi dan kriminal. Wilayah di kawasan Muka Kuning Batam ini beberapa waktu belakang menjadi sorotan lagi.

Polisi melakukan razia besar-besaran di kawasan ini dengan menurunkan setidaknya 200 orang personel yang diback up oleh instansi lainnya seperti TNI, Satpol PP.

Baca juga: Tim Terpadu Ratakan Sarang Judi dan Narkoba di Kampung Aceh Batam

Kapolresta Barelang, Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto mengatakan dalam operasi pembongkaran Selasa 28 Maret 2023 lalu, sejumlah bangunan yang di dalamnya ada gelanggang permainan (gelper) dan peredaran narkoba diobok-obok polisi.

“Warga mendukung untuk menghapus stigma kampung mereka yang dikenal sebagai sarang judi dan narkoba,” kata Nugroho

Sebanyak 47 orang diamankan dalam razia gabungan lalu, sebanyak 37 orang masuk dalam dugaan penyalahgunaan narkotika yang terdiri dari 36 orang laki-laki dan seorang wanita. 

Baca juga: Polisi Pulangkan 10 Orang yang Diamankan saat Gerebek Kampung Aceh Simpang Dam

Petugas menyita 13 mesin Gelper, 4 pucuk senjata tajam dan 6 unit sepeda motor tanpa surat. Selain itu juga diamankan sebanyak 2 unit timbangan digital, 35 alat hisap sabu dan 10 ikat plastik plastik bening kecil.

Operasi kemudian berlanjut dengan pembongkaran 7 bangunan di Kawasan Kampung Aceh. Setelah itu, pihaknya akan memasang CCTv di sejumlah titik.

Pemko Batam pun dikabarkan segera melakukan penataan dan akan merelokasi permukiman warga. Penyakit masyarakat (Pekat) di Kampung Aceh bisa dikatakan sudah cukup kronis.

Selanjutnya: Sejarah Kampung Aceh..

 

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdako Batam, Yusfa Hendri mengatakan akan mencarikan solusi terhadap warga di sana.  “Nanti akan dibahas dalam rapat FKPD (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah), untuk membahas tentang rencana seperti apa,” ujar Yusfa, Jumat (24/3/2023) lalu. 

Ia menjelaskan, dari hasil koordinasi dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam, sudah ada penetapan lokasi (PL). Menurutnya jika telah ada PL, maka akan diselesaikan. “Seperti apa solusinya, nanti dimusyawarahkan dengan FKPD,” kata dia.

Mengenai PL yang sudah ada di Kampung Aceh, maka warga di sana kemungkinan besar akan direlokasi. “Kemungkinan (relokasi) ada, seperti itu, cuman diarahkan nanti oleh FKPD,” ucapnya.  “Ini memang keprihatinan kita semua, seluruh masyarakat berkomitmen untuk memberantas narkoba,” kata dia. 

Baca juga: Polisi Gerebek Kampung Aceh Simpang Dam, Puluhan Orang Diringkus

Lantas bagaimana sejarah Kampung Aceh di Batam?

Salah seorang warga Aceh yang lama menetap di Batam, Wan Pase menceritakan keberadaan Kampung Aceh di Batam memang memiliki sejarah dan keterkaitan dengan Aceh.

“Dimana sekitar era 80-an itu banyak warga Aceh yang hijrah ke Batam dan menetap di sana. Kemudian membentuk komunitas kecil. Sama-sama orang yang lari Aceh demi menyelamatkan diri semasa konflik,” ujar pria yang dijuluki Geuchik Aceh ini, dikutip Batamnews dari artikel yang dimuat mediaaceh.co

Semasa konflik, kata Wan Pase, jumlah warga Aceh di Batam kian banyak. Ini karena Batam merupakan daerah ‘transit’ bagi warga Aceh sebelum akhirnya menyeberang ke Malaysia.

Baca juga: Masa Depan Kampung Aceh Batam Usai Jadi Sarang Judi dan Pengedar Narkoba

“Di sana ada area tanah milik otoritas Batam, tepatnya di Simpang Dam, Kelurahan Mukakuning, Batam. Awalnya, beberapa warga Aceh mendirikan bangunan di area itu. Kemudian kian tahun bertambah banyak dan jadilah seperti perkampungan,” ujar Wan Pase.

Beberapa tokoh asal Aceh, kata dia, pernah tinggal di sana. “Tak usah kita sebutkan nama, tak enak,” ujarnya lagi.

Karena daerah itu sudah banyak dihuni oleh warga dan kebanyakan merupakan pendatang dari Aceh, kata Wan Pase, akhirnya diberilah nama Kampung Aceh.

“Nama Kampung Aceh sendiri lebih dikenal dari Mukakuning. Semua orang tahu kalau ditanya dimana Kampung Aceh? Namun tak semua warga Batam tahu dimana Mukakuning,” ujarnya lagi.

Sekitar tahun 2005, kata Wan Pase, Kampung Aceh tak lagi menjadi milik pendatang asal Aceh.

“Ada sejumlah pendatang dari daerah lain yang juga menetap di sana. Namun nama Kampung Aceh tetap. Sayangnya, kasus temuan narkoba membuat Kampung Aceh disorot negatif serta sering dikaitkan dengan Aceh. Padahal, orang yang tinggal di Kampung Aceh saat ini sudah beragam dan berasal dari berbagai daerah,” katanya lagi.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews