Tolak Pemilu Proporsional Tertutup, Politisi Hanura: Lahirkan Wakil Rakyat Bermental Jongos

Tolak Pemilu Proporsional Tertutup, Politisi Hanura: Lahirkan Wakil Rakyat Bermental Jongos

Ilustrasi.

Jakarta - Sistem pemilu proporsional tertutup terus menuai penolakan dari sejumlah partai. Terkini, politisi Partai Hanura, Inas Nasrullah Zubir, secara tegas menolak.

Menurutnya, sistem pemilu tersebut hanya akan menghasilkan wakil rakyat yang tidak berkualitas.

Meski masih menjadi perdebatan, Inas menilai bahwa sistem proporsional tertutup dalam Pemilu membuat rakyat tak tahu soal anggota legislatif yang akan mengisi parlemen nantinya lantaran mereka hanya akan mencoblos partai politik saja, bukan calon legislatif.

Baca: Kritik Rencana Sistem Proporsional Pemilu Tertutup, Fahri Hamzah: Ini Tradisi Partai Komunis

"Upaya untuk mengangkangi suara rakyat untuk merebut kekuasaan sebesar-besarnya hanya bisa dilakukan dengan cara memilih wakil rakyat dalam bentuk gelondongan yakni memcoblos partai, sehingga rakyat dipaksa untuk membeli kucing dalam karung," kata Inas, dilansir Suara.com, Selasa (17/1/2023).

Selain itu, sistem tersebut juga berpotensi menghasilkan wakil rakyat yang hanya akan menuruti kemauan partai, bukan publik.

Dengan sistem proporsional terbuka saja, menurut Inas, partai politik masih bisa menganulir pilihan rakyat dengan mengganti anggotanya yang terpilih diparlemen melalui pergantian antarwaktu. Apalagi jika pemilihan dilakukan dengan sistem proporsional tertutup.

"Apalagi, dengan sistem proporsional tertutup, maka yang akan duduk di DPR/DPRD kelak adalah kader-kader kerbau yang dicokok hidungnya untuk dikendalikan secara absolut oleh pimpinan partai politik semata," ujar Inas.

Baca: Sistem Pemilu Kekinian, Semua Caleg Berpeluang Menang, Tak Hanya Nomor Urut Atas

Meski kader sudah dididik oleh partai politik, tapi menurut Inas sistem proporsional tertutup ini mengabaikan kualitas parlemen dan kepentingan rakyat karena akan diisi oleh caleg yang tunduk pada parpol.

"Dengan kondisi tersebut, maka kualitas DPR walaupun akan diisi oleh kader yang sudah dididik oleh partai politik, tapi akan memiliki mentalitas jongos, karena mereka bisa duduk di DPR/DPRD bukan karena upaya sendiri, melainkan hadiah dari pimpinan partai," kata Inas.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews