Kisah Kartika, Gadis Batam yang Jadi Pramugari Maskapai Terbaik di Dunia

Kisah Kartika, Gadis Batam yang Jadi Pramugari Maskapai Terbaik di Dunia

Kartika, Awak Kabin Maskapai Emirates (Dok. Emirates)

Jakarta - Menjadi seorang pramugari merupakan impian banyak orang. Sebab dengan menggeluti pekerjaan ini, kita dapat berkeliling dunia, melihat berbagai hal baru dan bertemu banyak orang. 

Begitu pula dengan Kartika, perempuan berdarah Batak, yang melawan stereotip kuat menekuni bidang hukum secara profesional, kini berhasil menjadi awak kabin di salah satu maskapai penerbangan terbaik di dunia.

Memulai kisahnya dari Kota Batam, Indonesia dan berlabuh di Dubai, Uni Emirat Arab, perjalanan Kartika dimulai pada usia 16 tahun. Saat itu, setelah lulus SMA, Kartika mengatakan ia ingin mencoba sesuatu yang berbeda.

"Jadi saya mulai belajar Hospitality and Tourism di universitas. Saya memulai petualangan saya ketika baru berusia 16 tahun. Saya harus meninggalkan keluarga saya di Batam untuk mengejar impian saya dan menyelesaikan gelar saya di Singapura," jelas dia seperti yang dikutip dari siaran pers, Senin (11/4/2022).

Lebih lanjut, perjalanan Kartika bergabung dengan Emirates sebenarnya masih panjang. Sejujurnya, kata dia, dirinya tak memiliki niatan untuk menjadi pramugari. Namun, setelah lulus kuliah di Singapura, Kartika pun mulai mencari pekerjaan. 

Dari sanalah, sang teman menyarankan untuk mendaftarkan diri menjadi seorang pramugari. Namun ia berpikir, jika ia tak memiliki banyak bayangan untuk pekerjaan tersebut, terlebih saat itu Kartika sangatlah jarang bepergian menggunakan pesawat terbang. 

"Namun, setelah melakukan penelitian lebih lanjut, saya menjadi tertarik karena ternyata semua yang saya sukai ada dalam pekerjaan ini. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti prosedur rekrutmen yang panjang untuk pertama kalinya dengan salah satu maskapai penerbangan Singapura," ujarnya. 

Proses ini menyadarkan Kartika jika banyak orang yang sangat tertarik dengan pekerjaan ini. Hingga akhirnya ia berhasil mencapai tahap berikutnya. Namun, karena satu dan lain hak, ia tak lolos melewati tahap perekrutan. 

Selanjutnya, Kartika malah memiliki kesempatan lain, ia mengikuti rekrutmen Emirates Open Day di Jakarta. Di sanalah ia mulai merasa nyaman, dan merasa ingin menjadi bagian dari salah satu tim awak kabin Emirates saat itu.

Setelah menjadi bagian dari Emirates di usia 21 tahun, ia pun memutuskan pindah ke Dubai sejak saat itu. Selama dua tahun pertama, Kartika awalnya ditugaskan untuk melayani penumpang di Kelas Ekonomi.

Selanjutnya....

 

Kemudian saat ini, kata dia, dirinya dipromosikan untuk melayani penumpang di Kelas Bisnis. 

Bergabung dengan tim terbaik yang selalu mendukungnya untuk tetap bersinar, tersenyum, dan tulus melayani setiap hari untuk memberikan pengalaman terbaik bagi penumpang di 40,000 kaki di atas tanah, tentu membuatnya banyak melewati momen berharga. 

Tentu saja, salah satunya adalah memiliki kesempatan dan kebebasan untuk bepergian. Ia bisa mengunjungi banyak tempat, bahkan bukan cuma saat dirinya sedang libur, tapi juga saat pesawatnya sedang singgah di suatu negara.

"Semua ini tidak akan terjadi jika bukan karena pekerjaan saya. Saya dapat bertemu rekan kerja dari seluruh dunia, belajar tentang budaya yang berbeda, dan bekerja dengan orang-orang dengan latar belakang berbeda. Sungguh pengalaman yang indah dan mengesankan," pungkasnya.

Meski begitu, bukan berarti pekerjaan ini tak memiliki rintangan dan tantangan. Kartika pun menjelaskan apa saja kesulitan yang kerap ia hadapi, salah satunya adalah tentang waktu.

Sebagai seorang pramugari, ia jadi tidak memiliki jadwal yang tetap, dan tidak ada dua hari yang sama. Semuanya tergantung pada jadwal penerbangan, yang terkadang ia merasa bekerja hingga berjam-jam membuat fisiknya begitu lelah.

Jadi, kata Kartika, sesaat sebelum terbang kembali, ia selalu berusaha merilekskan dan mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menikmati singgah dan mengunjungi tujuan baru, dan bertemu dengan teman-teman di waktu luang.

Selain itu, baginya tantangan terberat adalah harus berpisah jauh dari keluarga tercintanya. Terlebih, ia merupakan seseorang yang dekat dengan keluarga.

Jika biasanya ia akan mengunjungi Jakarta untuk menghabiskan waktu bersama orang terdekat, sejak pandemi fleksibilitas untuk bepergian menjadi dibatasi  

"Ini adalah tantangan terberat saya. Saya mulai menyadari betapa besarnya jarak antara saya dan mereka dan berkurangnya waktu saya dengan mereka. Untuk saat ini, saya harus mengandalkan panggilan Zoom, dan saya berharap industri perjalanan akan segera pulih," tutup dia.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews