Deforestasi di Johor: Hutan Lindung Berubah Jadi Kebun Sawit dan Tambang Emas

Deforestasi di Johor: Hutan Lindung Berubah Jadi Kebun Sawit dan Tambang Emas

Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Johor, Batamnews - Sekitar lima tahun yang lalu, sekawanan gajah muncul di perkebunan Su Chun Fa di Malaysia dan memakan semua kelapa sawit muda di lahan seluas delapan hektar.

Su menyalahkan dirinya sendiri. Gajah telah lama berkeliaran di hutan yang berdekatan di Johor, tetapi mereka telah menjauh dari perkebunan selama beberapa waktu, jadi dia memilih untuk tidak memasang pagar listrik.

“Saya ceroboh,” kata pria berusia 75 tahun, yang telah tinggal di negara bagian Johor di bagian selatan Semenanjung Malaysia hampir sepanjang hidupnya. 

Sejak saat itu ia telah meninggalkan lahannya di dekat kota Jemaluang dan sekarang ingin menjualnya.

Sejak 2016, penduduk di Jemaluang menghadapi lonjakan konflik dengan gajah, sebuah tren yang banyak disalahkan pada deforestasi terkait dengan peningkatan perkebunan kelapa sawit dan tambang emas.

Sebelumnya, hutan di sekitarnya – yang terdiri dari hutan lindung Jemaluang dan Tenggaroh – terbentang sepanjang 25 kilometer di sepanjang pantai.

Namun pembukaan lahan menghilangkan 21 persen hutan. Proyek yang akan datang akan menyusutkannya setidaknya 24 persen lagi.

Ilmuwan satwa liar Wong Ee Phin, yang melakukan penelitian untuk meningkatkan konservasi gajah, mengatakan penduduk Johor prihatin atas “konflik manusia-gajah” yang disebabkan oleh hilangnya hutan.

“Gajah dapat banyak bergerak, jadi apa yang terjadi pada habitat gajah di satu lokasi dapat berdampak lebih luas pada daerah sekitarnya,” kata Wong, yang timnya baru-baru ini mewawancarai masyarakat di seluruh Johor untuk proyek penelitian Manajemen dan Ekologi Gajah Malaysia di University of Nottingham di Malaysia.

Anuj Jain, koordinator Pencegahan Kepunahan dan Perdagangan Burung di Birdlife International, mengatakan deforestasi di daerah yang kaya keanekaragaman hayati itu mengkhawatirkan.

“Hilangnya rawa dataran rendah dan hutan pantai di Jemaluang dan Tenggaroh dalam skala besar sangat memprihatinkan,” katanya. 

“Begitu sedikit hutan seperti itu yang tersisa di Malaysia, atau dalam hal ini, di sebagian besar Asia Tenggara,” imbuhnya.

Hutan membentuk sekitar 43 persen Semenanjung Malaysia pada 2019, menurut angka penggunaan lahan resmi.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews