Kisah Dramatis Berbalut Ikhlas, Gojek Mengubah Hidup Ahmad Daim

Kisah Dramatis Berbalut Ikhlas, Gojek Mengubah Hidup Ahmad Daim

Ahmad Daim.

BATAM identik dengan kota industri. Tak heran, Kota ini menjadi tujuan banyak insan mengadu nasib. Puluhan industri tersebar di Batam. Pabrik-pabrik diisi ratusan ribu pekerja. Pada umumnya perantau dari berbagai daerah.

Namun tunggu dulu. Mengadu nasib di Batam tak semudah yang dibayangkan. Kendati banyak peluang, tak sedikit pula yang memutuskan 'menyerah' balik kampung.

Mendapat pekerjaan layak di Batam harus berani besaing dengan pencari kerja lainnya.

Ahmad Daim salah satunya. Bermodal tekad dan mengantongi ijazah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA), Ia memberanikan diri menyusul kedua orangtuanya yang lebih dulu merantau ke Batam.

Kedua orangtuanya merantau demi membiayai Daim remaja hingga lulus SMA.Sejak kecil, pria 26 tahun ini tinggal bersama neneknya di Jawa. Kedua orangtuanya merantau di Batam, bekerja sebagai kuli bangunan proyek dan pembantu rumah tangga. Sebagai anak semata wayang Daim ingin membalas jasa orangtua.

Sulitnya lapangan pekerjaan, ia pun rela banting tulang kerja serabutan. Penghasilannya sebagian ditabung dan diberikan ke orangtua, sebagai baktinya.

Enam tahun di Batam, Daim tak pernah merasakan empuknya tempat tidur. Ia dan keluarga tinggal disebuah basecamp proyek semi permanen.

"Di situ setidaknya, bisa berteduh saat hujan dan panas mas, begitu lah mas, dari pada mengeluarkan uang untuk kontrakan," kata Daim, Jumat (23/10/2020).

 

Mempersunting wanita pujaan

Berkat peluh keringat, Ia bisa menabung dan mempersunting seorang wanita pilihannya.

Basecamp proyek semi permanen itu jadi saksi kisah hidupnya, dimana putri pertamanya lahir di tempat itu.

"Setahun saya menikah, saya dikurniai seorang anak perempuan. Kami masih tinggal di Base Camp," sebutnya.

 

Anak dan istri Ahmad Daim

Segala pekerjaan telah ia lakukan agar bisa membeli rumah untuk keluarganya. Bahkan ia rela bekerja hingga larut malam.

 

Menyicil mobil dan jadi Driver Gocar

Ingin merubah nasib keluarga, Daim memutuskan menggunakan uang tabungan untuk menyicil mobil agar bisa bergabung di jasa transportasi online Gocar.

Ibarat kata pepatah, usaha tak akan pernah mengkhiati hasil, itu lah kalimat yang dipegang teguh Daim hingga kini.

"Pertama masuk Gocar saya ditawarin sama teman, nah saya pun mencoba untuk merubah nasib, seingat saya tahun 2017 itu," ucapnya.

Memasuki tiga tahun bersama Gocar, kini Daim sudah dapat membeli rumah permanen, ia pun tak menduga kehidupan berubah. Ia sangat bersyukur keputusannya bergabung bersama Gojek.

"Alhamdulillah di Batam lantaran ramai wisatawan bisa merubah hidup saya berkat Gojek, mobil saya tinggal beberapa bulan lagi lunas dan saya juga sudah nyicil rumah," tuturnya.


Kisah heroik

Di tengah pademi Covid-19 semangat Ahmad Daim (26) tak pernah luntur, ia tetap menarik penumpang dengan aplikasi onlinenya.

Siang itu, Sabtu (18/7/2020) tepatnya pukul 12.30 WIB, hal yang tak biasa dialaminya.

"Awalnya saya menunggu oderan sepeti biasanya, masuk notifikasi oderan kedua saya dari di Klinik Tioma,"katanya.

Atas oderan itu Daim menginjak pedal gas menuju sebuah klinik yang tak begitu jauh dari lokasinya.

Sepasang pasutri yang tampak gelisah menunggu jemputan. Sang istri sedang hamil tua.

Setiba di lokasi, ia membuka pintu mobil dan mempersilahkan penumpang yang kebetulan pasangan suami istri dengan tujuan ke Rumah Sakit Umum Embung Fatimah di Batam berjarak 19 Kilometer dari lokasi.

Namun saat didalam perjalanan, suasana hening pecah. Suara tangisan bayi dimobilnya.  Kepanikan berkecamuk didalam pikirannya, agar ibu dan bayi mungil itu segera medapat pertolongan medis.

Ia pun berinisiatif untuk menuju ke RS Awal Bros Batam yang terdekat dengan lokasi.

"Bapak Zul Adhaar dan Eva Novianti (nama pasutri) tak mau ke RS Swasta, mereka tak memiliki biaya, saya langsung membawa ke Puskemas Sungai Panas di Bengkong Indah," sebutnya.

Tak banyak bicara, Daim mencoba mengendalikan suasana agar tetap fokus dengan setirnya menuju ke Puskemas.

Tiba di Pukesmas dirinya menyaksikan kegelisahan Zul Adhaar mondar-mandir dengan handphone jadulnya.

"Saya turun dari mobil, saya tanya apa yang terjadi, Pak Zul Adhaar menjawa bahwa ia tak ada uang, dan alat Puskemas tak memadai, karena anaknya lahir prematur," ujarnya.

 

Daim membawa ibu yang melahirkan itu ke RSHB.

 

Hati nurani Daim pun tersentuh dengan cobaan yang dialami pasutri itu, ia pun merasakan bagaimana dalam keadaan susah, saat isrinya melahirkan di Base Camp Proyek.

 

Galang dana dari sesama Driver

Saat itu, katanya, kebetulan ia baru saja membayar uang kredit mobil dan tersisa uang receh di saku celananya tak sampai Rp 50 ribu. Sementara Zul Adhaar hanya memiliki uang Rp 25 ribu.

"Masa saya kasi uang itu, kan tak mungkin mas (tidak cukup). Saya coba galang dana melalui grup driver online di Kota Batam, Alhamdulillah teman turut membantu," sebutnya.

Tak hanya sampai disitu, Daim memutarkan otak agar bayi itu segara dibawa ke RS Harapan Bunda untuk mendapat pertolongan medis.

 

Pasutri Zul dan Eva dibawa ke RS.

Untuk membayar tagihan RS, ia menggalang dana melalui akun media sosial, donasi dari berbagai pihak terus mengalir untuk pasangan suami istri itu.

Ia menceritakan, bahwa passutri itu tidak memiliki tempat tinggal, mereka baru diusir dari kontrakan karena telah menunggak beberapa bulan.

Selama beberapa hari Zul Adhaar menitip istrinya di rumah seorang kerabatnya, sementara ia tidur di jalanan.

"Setelah mengurus rumah sakit, saya mencari tempat tinggal mereka, tak sampai hati meninggalkanya," ucapnya.


Sang bayi yang ditolong tak terselamatkan

Daim benar-benar tulus membantu, bahkan dirinya rela libur kerja selama tiga hari. Bahkan hingga saat ini Zul Adhaar bersama istrinya sudah memiliki tempat tinggal gratis atas bantuan pihak dermawan.

"Tapi saya sedih mas, anaknya tak terselamatkan, meninggal dunia," tutur Daim sampai berkaca-kaca di kelopak matanya mengenang hal itu.

Pria ini pun mengaku mengurus segala kebutuhan pasutri tersebut saat itu, dan membantu proses bayi itu dimakamkan.

"Mereka tak memiliki siapa-siapa, dari hati yang paling dalam saya ikhlas, sekarang masih sering komunikasi," cerita Daim.

(Afriadi)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews