Resesi Singapura Makin Parah, Ekonomi Minus 13,2 Persen

Resesi Singapura Makin Parah, Ekonomi Minus 13,2 Persen

Ilustrasi

Singapura - Ekonomi Singapura sepertinya kian dalam masuk ke jurang resesi. Dalam pembaruan terkini pada angka produk domestik bruto (PDB), ekonomi Singapura ternyata lebih buruk dari perkiraan awal resmi yang dirilis bulan lalu. 

Secara basis kuartalan (QtQ), ekonomi mengalami kontraksi sebesar 42,9% pada kuartal kedua II 2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada perkiraan awal, ekonomi menyusut 41,2% pada kuartal II dibandingkan sebelumnya.

Angka terbaru ini mengirim negara kota di Asia Tenggara itu masuk ke dalam resesi teknis. Hal ini ditegaskan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, Selasa (11/8/2020).

"Secara tahunan/year-on-year (YoY), ekonomi menyusut 13,2% pada kuartal yang berakhir 30 Juni," ujar kementerian lag dikutip dari CNBC International. "Itu lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yaitu kontraksi 12,6% dari tahun ke tahun."

Kementerian juga merevisi perkiraan setahun penuhnya untuk ekonomi Singapura. Ekonomi diperkirakan akan mencatat kontraksi antara 5% sampai 7% pada 2020.

Buruknya kinerja ekonomi Singapura terjadi setelah negara itu melakukan penguncian (lockdown) yang disebut "circuit breaker" pada awal April. Ini dilakukan guna membendung penyebaran wabah virus corona (Covid-19).

Pada saat circuit breaker berlaku, kegiatan ekonomi dan pariwisata Singapura terganggu. Namun demikian, mulai awal Juni lalu pemerintah telah melonggarkan aturan tersebut dan sebagian besar kegiatan ekonomi mulai pulih perlahan.

Meski ekonominya terkontraksi,akibat langkah penguncian ketat itu, negara tetangga Indonesia ini berhasil menekan penyebaran wabah Covid-19 yang ada. Hingga hari ini, dari Worldometers, Singapura  memiliki 55.292 kasus corona, 27 orang meninggal dunia dan 49.609 lainnya sembuh.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews