Pulih dari Covid-19, Peluang Ekspor RI ke Jepang Terbuka Lebar

Pulih dari Covid-19, Peluang Ekspor RI ke Jepang Terbuka Lebar

Mendag Agus Suparmanto.

Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto menyebut peluang pasar ekspor Indonesia ke Jepang kembali terbuka lebar menyusul mulai pulihnya negeri matahari terbit tersebut dari Covid-19. Peluang ini penting untuk dimanfaatkan dengan maksimal oleh para pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM).

"Pemerintah Jepang menetapkan kebijakan untuk membangun rantai pasok yang lebih berkelanjutan, terutama dengan semakin pulihnya Jepang dari Covid-19. Hal tersebut menjadi peluang yang harus dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekosongan dan meningkatkan laju ekspor ke pasar Jepang," ujar Mendag Agus di Jakarta, Minggu (21/6/2020).

Mencermati kinerja dan peluang saat ini, Kemendag telah melakukan berbagai kebijakan strategis memitigasi dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja ekspor, antara lain melalui memudahkan proses perizinan dan memberikan bantuan fasilitasi kepada para eksportir yang terdampak.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kemendag, Kasan menjelaskan, pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan bagi hampir seluruh negara di dunia, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Meski angka kasus Covid-19 terus meningkat di berbagai kawasan, namun di beberapa negara Asia, khususnya Jepang, pandemi Covid-19 telah menunjukkan pemulihan yang diindikasikan penurunan jumlah kasus aktif dan kasus baru.

Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Jepang telah mencabut status 'state of emergency' sehingga kegiatan sosial dan ekonomi Jepang pulih kembali secara berangsur dengan istilah 'new lifestyle'.

Pada sisi ekonomi, pandemi Covid-19 telah memberikan 'wake up call' bagi transformasi perekonomian Jepang yang selama ini bergantung pada Tiongkok sebagai basis manufaktur. Oleh karenya Pemerintah Jepang, kata dia, mulai memikirkan rantai pasok global (global supply chain) baru dari negara lain sebagai alternatif yang baru.

Untuk itu, guna meraih peluang mengisi rantai pasok global tersebut, para perwakilan perdagangan di luar negeri, baik Atase Perdagangan maupun ITPC, diharapkan dapat terus menyampaikan informasi pasar kepada pelaku usaha, serta melakukan promosi ekspor dan penjajakan kesepakatan (secara virtual) sehinga dapat menghasilkan transaksi dagang bagi para pelaku ekspor, khususnya UKM.

"Kami berharap pelaku UKM tetap optimis dan menjadikan krisis ini sebagai momentum yang baik untuk akselerasi sehingga dapat memanfaatkan peluang ekspor ke pasar Jepang secara optimal," jelas Kasan.

 

Kinerja Perdagangan Indonesia dan Jepang

 

Seperti diketahui, pada periode Januari--April 2020 total perdagangan kedua negara memang mengalami penurunan 9,95 persen dari USD 10,7 miliar menjadi USD 9,66 miliar dan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 8,13 juta.

Adapun nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang pada periode yang sama tercatat sebesar USD 4,47 miliar, dengan produk ekspor utama meliputi batubara, potongan logam mulia, konduktor listrik, nikel, dan karet.

Kendati begitu, Neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari--Mei 2020 masih mencatat surplus sebesar USD 4,31 miliar dengan sumbangan terbesar dari surplus nonmigas senilai USD 7,67 miliar.

Pada periode tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD 64,46 miliar dengan nilai ekspor nonmigas sebesar USD 60,97 miliar. Adapun lima negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada periode tersebut yaitu India, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan China.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews