Buntut Teriakan Lonte, Kepsek SMK 1 Anambas Bantah Lakukan Diskriminasi

Buntut Teriakan Lonte, Kepsek SMK 1 Anambas Bantah Lakukan Diskriminasi

SMK 1 Anambas, Desa Air Asuk, Kecamatan Siantan Tengah.

Batam - Usai mendapat bullying dari oknum guru di sekolahnya, AR yang sebelumnya tercatat sebagai siswi SMK 1 Anambas kini kesusahan mencari sekolah baru.

Apalagi pengurusan dokumen pindah sekolahnya lambat diproses SMK 1 Anambas. Sementara itu, nilai rapor AR juga rata-rata di bawah standar kelulusan usai kasus ini terjadi. Seakan AR dihakimi dan terdiskrimnasi.

Pasalnya, orangtua AR pun sempat berkonflik dengan pihak sekolah atas kasus yang menimpa anaknya.

Dilansir dari lindungianak.com, pihak SMKN 1 Anambas mengakui terlambat memberikan surat pindah karena terkendala dengan libur sekolah dari akhir Desember hingga awal Januari lalu. Saat itu, pihaknya belum tahu AR mau pindah kemana.

Kepsek SMK 1 Anambas Tugiono menampik, jika nilai rapor merah kepada AR sengaja diberikan guru di sekolah akibat terpicu pertikaian dengan orangtua AR, setelah anaknya diteriaki 'lonte'.

Menurut Tugiono, dalam rapor tersebut, justru nilai yang dicantumkan oleh Sk, guru agama yang diduga membullynya lebih tinggi dan di atas Kriteria Kelulusan Minimal (KKM). "Memang hasilnya seperti itu,’’ tepisnya.

 

Nilai rapor AR anjlok.

Sebelumnya, setelah diberhentikan dari SMKN 1 Anambas, AR sempat bersekolah sementara di SMKN 2 Tanjungpinang sejak 7 Januari 2020 lalu. Namun selama seminggu bersekolah, pengurusan pindahnya dari SMK 1 Anambas belum selesai.

Surat pindah belum dikeluarkan oleh SMKN 1 Anambas yang mengeluarkan AR. Selain itu, nilai rapornya semua merah atau di bawah standar kelulusan. Sementara pihak SMKN 2 Tanjungpinang hanya memberikan waktu selama seminggu bagi keluarga AR untuk mengurus.

Alhasil AR  tidak lagi masuk di sekolah SMKN 2 Tanjungpinang. AR kemudian berangkat ke Batam untuk tinggal bersama pamannya dan memutuskan untuk mengambil paket C.

Setelah KPPAD Kepri melakukan asesmen, AR sedikit lega. Akhirnya AR menyatakan mau untuk bersekolah lagi di jalur reguler seperti biasa setelah bertemu dengan KPPAD.

"Kakek dan nenek AR turut memberikan motivasi agar AR kembali bersekolah. Rencananya, AR dicarikan sekolah SMK di Batam dengan jurusan yang sama," ujar Ketua KPPAD Erry Syahrial.

Seperti diberitakan sebelumnya, kejadian berawal ketika AR pulang sekolah. Ia bersama teman-teman dan gurunya yang lain berada di atas kapal penyeberangan roro. Seperti diketahui Anambas merupakan kabupaten kepulauan.

Tiba-tiba guru Agama yang bernama Sk meneriaki AR dengan sebutan lonte di depan umum. Hal ini diketahui oleh siswa-siswi lainnya dan juga guru SMKN 1 Anambas lainnya di atas kapal roro tersebut.

AR sempat menangis sepanjang jalan dan dibonceng pulang oleh temannya. Akhirnya orangtua AR tak terima anaknya dipermalukan.

‘’Di atas roro anak saya duduk berboncengan di atas sepeda motor dengan temannya. Motor tersebut punya anak saya, yang bawa teman laki-laki satu sekolah dan dekat tempat tinggal. Saat bercerita tersebut,  gurunya yang juga ada di kapal roro tersebut langsung meneriaki AR,’’ tutur RM, Jumat (17/1/2020).

‘’Kamu macam lonte,’’ tutur RM  menirukan ujaran gurunya itu kepada AR.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews