Mitos Tabir Surya yang Masih Dipercaya, Apa Saja?

Mitos Tabir Surya yang Masih Dipercaya, Apa Saja?

Ilustrasi.

Jakarta - Demi menjaga kecantikan dan kesehatan kulit, sebagian wanita berusaha untuk tidak banyak melakukan aktivitas di luar ruangan.

Jika memang terpaksa bekerja di luar ruangan, maka penggunaan krim tabir surya atau sunscreen menjadi suatu keharusan untuk menjaga kulit dari sinar UV.

Karena itu, krim tabir surya adalah salah satu produk perawatan kulit yang penting bagi setiap wanita. Namun, masih banyak yang tidak bisa membedakan antara mitos dan fakta terkait dengan krim tabir surya ini.

Dilansir dari The Healthy, berikut adalah 5 mitos tentang krim tabir surya yang membuat dokter kulit geleng-geleng kepala.

Kulit Gelap Tak Perlu Pakai Sunscreen

Kebanyakan wanita menganggap mereka yang berkulit putih saja yang membutuhkan sunscreen. Sementara yang berkulit coklat hingga gelap tak perlu memakainya.

Darrell Rigel, MD, seorang profesor klinis dermatologi di New York University Medical Center mengatakan, orang dengan lebih banyak pigmen di kulit mereka memang memiliki risiko kanker kulit yang lebih rendah. Tapi bukan berarti mereka kebal.

Sebuah studi CDC menemukan bahwa hingga 30 persen kelompok etnis berkulit gelap setidaknya pernah sekali mengalami luka bakar akibat sengatan matahari.

"Saat ini, kanker kulit sering ditemukan pada orang kulit berwarna. Ini mungkin karena kesalahpahaman bahwa mereka tidak berisiko. Akibatnya kanker berkembang hingga stadium lanjut dan lebih sulit untuk diobati," kata Jessica Wu, MD, dokter kulit di Los Angeles.

Tak Perlu Pakai Sunscreen Selain Siang Hari

Sinar matahari menjadi sangat jahat terhadap kulit ketika berada tepat di atas kepala -- dari sekitar pukul 10 pagi hingga 2 siang. Tetapi para ahli dermatologi sepakat, bahaya sinar matahari berlaku pada jam berapa pun.

Sinar UVB, yang menyebabkan kulit terbakar dan kanker kulit, memuncak pada tengah hari. Tapi sinar UVA, yang berkontribusi pada penuaan dan beberapa jenis kanker kulit, akan tersebar sepanjang hari. 

Bahkan di hari yang mendung sekalipun, sinar UV tetap akan memengaruhi kulit jika tidak diberi sunscreen.

" Awan memblokir sinar UV, sehingga Anda tidak merasakan panas. Tetapi awan hanya memblokir 20 persen sinar UV sehingga kulit masih bisa terbakar," kata Doris Day, MD, dokter kulit di New York City.

Sunscreen dengan SPF 15 Ke Atas Tidak Berguna

Ini adalah pendapat yang benar-benar salah. Para dokter kulit merekomendasikan untuk menggunakan sunscreen dengan SPF minimal 30 untuk pemakaian sehari-hari.

Sementara sunscreen dengan SPF 50 dipakai jika menjalankan aktivitas luar ruangan dalam jangka waktu yang lama.

Yang Penting Wajah Sudah Terlindungi

Menurut Ranella Hirsch, MD, seorang dokter kulit Boston, kanker kulit tidak hanya menyerang wajah, tapi juga di setiap bagian tubuh lainnya yang tersentuh sinar UV.

Jadi, kanker kulit bisa menyerang pada bagian lengan, kaki, punggung, tumit, dan bahkan dada. " Dan tidak hanya kanker kulit, Anda juga bisa mengalami masalah penuaan," katanya.

Kanker Kulit Tidak Terlalu Berbahaya

Banyak wanita yang meremehkan kanker kulit yang disebabkan oleh paparan sinar UV matahari.

Itu karena banyak kanker kulit - jika terdeteksi lebih awal dan mendapat perawatan segera - tidak merusak atau membahayakan kesehatan.

Meski kanker kulit non-melanoma tidak menyebar ke seluruh tubuh, tapi itu adalah tetap kanker yang akan terus menghancurkan kulit dan menyerang jaringan jika tidak dihilangkan.

"Saya pernah menangani pasien yang menderita kanker kulit sel basal di kelopak matanya hingga matanya harus diangkat dan dia menjadi buta. Saya juga punya pasien yang kehilangan hidung dan telinga karena kanker kulit," kata Wu.

Jadi, tabir surya atau sunscreen tetap penting untuk selalu dipakai jika akan melakukan aktivitas di luar ruangan. Meski di hari mendung sekalipun.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews