Tokoh Maritim Natuna: Ilegal Fishing Kembali Marak Saat Kosongnya Kebijakan

Tokoh Maritim Natuna: Ilegal Fishing Kembali Marak Saat Kosongnya Kebijakan

Rodhial Huda.

Natuna - Ilegal Fishing mulai marak kembali di laut Natuna. Tokoh maritim Kabupaten Natuna, Rodhial Huda menuturkan, setiap kosongnya kebijakan di lingkungan Kementerian Perikanan dan Kelautan RI, penjarahan ikan oleh nelayan asing ini akan terus menghantui perairan Natuna yang kaya hasil ikan.

Sebelum Susi menjabat, dikatakannya Ilegal Fishing sudah terjadi. Dimana, kapal-kapal negara asing dengan sesuka hati mencuri ikan di perairan Indonesia.

"Setiap kosong kebijakan itu kerap terjadi. Sebelum menteri Susi menjabat, hampir seribuan jumlahnya kapal asing mencuri ikan di Natuna. Tapi, setelah kebijakan Susi, itu bisa dikatakan hilang," katanya.

Masyarakat nelayan di Natuna juga meminta pemerintah dapat mengatasi permasalah tersebut. Jangan sampai kejadian berlarut-larut, terutama ketegasan menteri baru.

Masyarakat juga telah acap kali melaporkan kondisi tersebut ke pihak-pihak yang berwenang.

Namun, kapal asing tetap saja melakukan pencurian ikan di laut Natuna. Seolah-olah terjadinya pembiaran. Hal ini kian menutup ruang gerak nelayan setempat.

"Kami udah lapor. Katanya (kementerian) sedang melakukan operasi senyap. Kalau memang melakukan operasi senyap, kok kapal asing itu tetap ada," ujarnya kepada batamnews.

Kemudian, persoalan pengamanan nelayan saat berada di laut, juga menjadi perhatian. Petugas-petugas yang berwenang seakan tidak berdaya menghadapi kapal petugas maritim seperti Coastguard China dan Vietnam yang mengawal neleyan mereka saat melaut. Kendati itu sudah masuk perairan Indonesia.

Peralatan canggih yang dimiliki oleh Kapal Indonesia, juga tidak berdaya ketika berhadapan dengan pihak pengaman negara asing.

Sudah ada beberapa kejadian. Kapal KKP yang diintimidasi oleh Coast Guart China, dimana alat komunikasi kapal KKP tidak bisa difungsikan untuk berkomunikasi.

"Dulu, Maret 2011, 2013 dan 2016, terjadinya intimidasi. Terakhir juga oleh Coast Guard Vietnam. Alat komunikasi kapal KKP tidak berfungsi untuk memberitahun apa yang sedang terjadi, itu dialami Kapal Hiu Macan," ujar Rodhial.

Namun, untuk membuktikan terkait tersebut sangatlah sulit. Sementara, apa yang dilakukan oleh Coast Guard China dan Vietnam tersebut tidak salah, sebab membela warga negara mereka saat dilaut.

"Kita tidak tau apa maksud mereka, untuk membuktikannya juga sangat sulit. Tapi, apa yang dilakukan mereka untuk membela rakyatnya, itu benar," kata dia.

"Sementara, Indonesia siapa Coast Guardnya kita tidak tahu. Semuanya merasa," tambahnya.

Rodhial juga berharap, nelayan Natuna harusnya dapat tetap melakukan aktifitas melaut di musim utara seperti saat sekarang. Tapi tentu diperlukan fasilitas yang memadai, setidaknya jenis kapal yang dipakai dapat menghadapi segala musim, sama seperti yang digunakan negara asing tersebut.

"Penuhi laut kita dengan nelayan sendiri, itu kuncinya agar tidak terjadi hal seperti ini. Indonesia harus siap menghadapi musim utara yang sudah diciptakan tuhan sejak dulu. Kenapa mereka bisa," ucapnya.

Oleh karena itu, nelayan Indonesia juga seharusnya dapat untuk meningkatkan kemampuan. Serta juga didukung oleh pemerintah.

"Indonesia tidak pernah berusaha menghadapi musim utara. Caranya, tingkatkan kemampuan nelayan Indonesia," ujar Rodhial.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews