Festival Moon Cake, Cara Pemko Tanjungpinang Jaga Keberagaman

Festival Moon Cake, Cara Pemko Tanjungpinang Jaga Keberagaman

Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Rahma menyambut barongsay dalam Festival Moon Cake. (Foto: Adi/batamnews)

Tanjungpinang - Festival Kue Bulan atau Moon Cake menjadi salah satu cara Pemerintah Kota Tanjungpinang menjaga harmonisasi keberagaman di Tanjungpinang, Minggu (15/9/2019).

Festival Kue Bulan ini merupakan agenda rutin tahunan Pemerintah Kota Tanjungpinang. 

Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Rahma mengharapkan masyarakat Tanjungpinang dapat mengapresiasi budaya yang dimiliki yang ada di Kota Tanjungpinang seperti Festival Moon Cake ini. 

“Budaya ini harus terus dilestarikan dan di sini juga disajikan berbagai kesenian baik kesenian pola hidup, sampai pada makanan khas daerah,” kata Rahma.

Rahma menyebutkan, bahwa dengan adanya Festival Moon Cake ini dapat memberikan kesempatan bagi para generasi muda untuk dapat mengenal tradisi yang sudah ada sejak dahulu. 

”Saya sangat mengharapkan agar kegiatan Festival Moon Cake ini dapat terus berjalan secara berkesinambungan sebagai upaya penguatan budaya lokal dan sebagai jati diri masyarakat,” ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Surjadi, menyebutkan masyarakat Tanjungpinang sangat majemuk.

Banyak suku bangsa yang mendiami kota yang terletak di Pulau Bintan ini, salah satunya adalah etnis Tionghoa yang sangat dominan dan berpengaruh dalam sektor perekonomian.

Masyarakat Tionghoa yang di Kota Tanjungpinang ini juga melestarikan budayanya, salah satunya adalah Moon Cake ini.

"Festival ini sudah selazimnya dijaga dan dilestarikan karena merupakan warisan nilai budaya Tionghoa, selain itu juga diharapkan mengundang ketertarikan wisatawan asing dan domestik untuk datang menyaksikannya," sebutnya.

Surjadi mengatakan, Festival Moon Cake atau Kue Bulan merupakan tradisi turun temurun etnis Tionghoa diseluruh penjuru dunia. 

Biasanya Moon Cake dirayakan setiap tahun menyambut bulan purnama. Festival yang pertama kali digelar di Kepri ini merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam melestarikan tradisi masyarakat Tionghoa.

“Ada strategi untuk mengembangkan pariwisata agar berdampak langsung bagi masyarakat, sekaligus mendongkrak kunjungan wisatawan, membangun pariwisata berbasis budaya dengan atraksi dan merancang pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.

(adi)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews