KPK Harapkan Jurnalis Kepri Ikut Andil Cegah Korupsi

KPK Harapkan Jurnalis Kepri Ikut Andil Cegah Korupsi

Kabiro Humas KPK, Febri Diansyah menjadi pemateri dalam workshop anti korupsi. Kegiatan ini kerjasama KPK, Tempo Institute dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. (Foto: Yogi/Batamnews)

Batam - Puluhan jurnalis Kepri mengikuti workshop pencegahan korupsi bersama KPK dan AJI Indonesia di Kampus Universitas Batam (Uniba), Selasa (6/8/2019). Jurnalis diharapkan juga menjadi pencegah terjadinya praktik korupsi, terutama di daerah masing-masing.

Puluhan jurnalis tidak hanya berasal dari Kota Batam, tetapi juga dari Tanjungpinang. Acara yang juga disponsori Tempo Institute mendatangkan pemateri diantaranya, Juru Bicara KPK Febri Diansyah, Koordinator AJI Indonesia wilayah Sumatera, Hendra Makmur dan Rektor Uniba Chabullah Wibisono.

Dalam materinya, Febri mengatakan, sektor yang rentan menjadi ladang korupsi adalah sektor politik. "Sektor politik masih tinggi, seperti banyaknya kepala daerah bahkan hingga ratusan yang sudah diproses KPK," kata Febri.

Febri melanjutkan, lemahnya penegakkan hukum juga menjadi masalah dalam mencegah terjadi korupsi. KPK terus mendorong semua lembaga ikut bertindak melakukan pencegahan.

Menurut Febri, terlalu banyak penindakan akan menimbulkan pesimisme bahwa tidak ada lagi harapan negara ini untuk lebih baik. Makanya pencegahan harus lebih digencarkan lagi bahwa harapan itu masih ada untuk korupsi semakin hilang di Indonesia.  "Jadi jurnalis juga berperan besar terkait pencegahan," katanya di depan puluhan awak media tersebut.

Salah satu caranya menurut Febri, beberapa waktu kedepan KPK menyelengarakan lomba penulisan untuk wartawan. Febri meminta jurnalis dapat membuat tulisan yang juga menjadi langkah untuk melakukan pencegahan.

Pelatihan berlangsung lancar. Baik pemateri dan peserta terjalin interaksi yang baik.

Jurnalis juga di ajak berdiskusi terkait permasalahan yang ada di Batam. Seperti soal reklamasi, perizinan, tambang dan lainya. Febri mengatakan, setiap perbuatan yang sudah melanggar aturan rentan terjadi tidak pidana korupsi.

Intinya menurut Febri, memahami pencegahan korupsi bukan berdasarkan UU saja, namun jauh lebih luas dari itu. "Bagaimana perizinan jalan efektif dan efesien," katanya.

Chabullah Wibisono, Rektor Uniba memaparkan, bahwa korupsi terjadi kurangnya memahami agama secara betul. Artinya saat ini banyak orang beragama hanya mencari pahala dan surga. "Padahal lebih dari pada itu," ujarnya.

Ia menyimpulkan, korupsi terjadi karena manusia tidak bisa mengendalikan sifat tamak, moral yang kurang kuat, akhlak, penghasilan yang kurang mencukupi, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup yang konsumtif, malas atau tidak mau kerja.  "Tentu juga ajaran agama yang kurang diterapkan," katanya.  

Pemateri lain Hendra Makmur memaparkan, bagaimana jurnalis bisa menjadi pencegah terjadinya korupsi. Salah satunya ikut mengontrol terkait anggaran daerah, terjadinya mark-up dan lainnya. "Memang pemerintahan daerah cukup banyak melakukan tindak korupsi," katanya.

Hendra memaparkan, dilihat dari pemberitaan lebih banyak berita penindakan yaitu 58 persen, sedangkan untuk pencegahan hanya 12 persen lebih. "Memang pencegahan tidak terdapat nilai beritanya, tetapi itu tetap harus dilakukan," katanya.

Beberapa potensi terjadinya korupsi dengan modus seperti, mark up, anggaran ganda dan lainnya. "Kasus di Ombusdman juga bisa dijadikan pintu masuk, termasuk temuan BPK," katanya.

Ketua AJI Kota Batam, Slamet Widodo bersyukur antusias peserta cukup tinggi mengikuti workshop ini. "Alhamdulillah antusias peserta sangat tinggi," ujarnya.

(tan)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews