Korupsi Labor SNI BP Batam

Polda Kepri Obok-obok Kantor Rekanan BP Batam, Cari Data Korupsi Labor SNI

Polda Kepri Obok-obok Kantor Rekanan BP Batam, Cari Data Korupsi Labor SNI

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kepolisian Daerah Kepulauan Riau kembali melanjutkan penyelidikan dugaan korupsi laboratorium SNI Batam senilai Rp 3,4 miliar. Penyidik menggeledah kantor PT Cakrayudha Persada di Bandung. Perusahaan ini merupakan pemenang pemenang tender pengadaan peralatan laboratorium uji BP Batam pada 2012.

 

"Kami bersama tim pekan lalu sudah menggeledah kantor pemenang tender atas kasus dugaan korupsi pengadaan alat uji laboratorium BP Batam dengan anggaran Rp3,4 miliar," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kepri Kombes Pol Syahar Diantono di Batam, Jumat (19/6/2015).

 

Ia mengatakan, pengeledahan dilakukan untuk mencari alat bukti tambahan, terutama dokumen tender dari perusahaan tersebut termasuk penetapan menjadi pemenang.

 

"Penggeledahan diperlukan untuk alat bukti tambahan, termasuk dokumen-dokumen penting atas tender tersebut. Sehingga kasus tersebut semakin jelas," kata dia.

 

Perusahaan ini merupakan pemenang tender dengan harga penawaran Rp3.291.097.480. Pada saat lelang tercatat diikuti 32 perusahaan, perusahaan pemenang merupakan peserta ke-32.

 

"Kami masih terus dalami. Mudah-mudahan kami segera bisa tetapkan tersangka dalam satu dua minggu ini. Kami sudah mengantongi sejumlah nama yang terindikasi terlibat," kata Syahar.

 

Pengadaan alat tersebut dilakukan BP Batam, setelah Kementerian Perindustrian melarang produk mainan impor masuk ke Batam tanpa label SNI yang diberlakukan mulai pertengahan 2014.

 

Alat tersebut bisa digunakan untuk uji sampel yang selanjutnya diajukan ke Lembaga Sertifikasi Produk (LSpro) untuk diberikan SPPT SNI.

 

Setelah memiliki alat tersebut, BP Batam terus melakukan sosialisasi pada perusahaan-perusahaan yang ada di kota industri itu agar melakukan pengujian material ataupun produk di laboratorium BP Batam.

 

Namun ternyata proses pengadaan alat tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Produk-produk yang dibeli kebanyakan buatan Tiongkok dengan harga yang diduga sudah dimark-up sebelumnya.

  

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews