DBD Mengganas Awal Tahun di Kepri, Kadinkes: Ini Siklus 5 Tahunan

DBD Mengganas Awal Tahun di Kepri, Kadinkes: Ini Siklus 5 Tahunan

Ilustrasi

Batam - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) marak di Kepri awal tahun ini. Musim hujan dan kurangnya kesadaran masyarakat terkait kebersihan lingkungan masih menjadi salah satu faktor.

Tahun lalu tercatat 113 kasus DBD di Kepri. Tidak ada kasus yang dilaporkan berujung kematian. Namun sejak awal tahun 2019, tercatat sebanyak 234 kasus DBD terjadi di Kepri. Dimana dua penderita meninggal.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Tjejep Yudiana menjelaskan kasus yang saat ini sedang melanda kesehatan warga Kepri merupakan siklus epidemologi yang terjadi setiap 5 tahun sekali.

"Demam berdarah yang saat ini terjadi merupakan kasus epidemologis yang terjadi setiap 5 tahun sekali di semua daerah, siklus ini membuat ancaman demam berdarah lebih tinggi dari tahun sebelumnya," ujarnya.

Dalam kondisi ini jumlah penderita DBD akan mengalami peningkatan tajam, karena kekebalan tubuh yang sebelumnya, kalah dengan keganasan virus ini. Akhirnya ancaman kematian ikut meningkat tajam.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri, Tjetjep Yudiana menjelaskan, kerawanan yang ada, harus benar-benar diperhatikan sehingga bisa ditangani secara maksimal. "Yang paling harus diperhatikan itu, masyarakat harus segera memeriksakan kondisi kesehatan mereka, kalau ada yang mengalami demam atau sakit harus memeriksakan ke rumah sakit," kata Tjetjep

Yang paling utama selain menjaga kesehatan adalah adalah mengendalikan jentik-jentik nyamuk, dengan mencari dimana letak sarang nyamuk. Namun hal ini tidak hanya bisa dilakukan oleh petugas saja tetapi juga butuh turun tangan dari masyarakat.

"Sarangnya harus dibasmi kalau tidak tetap tidak bisa diatasi, namun hal itu tidak bisa hanya dilakukan oleh petugas saja," ujar Tjetjep.

Selain itu, masyarakat juga harus bergerak bersama pemerintah untuk melakukan pencegahan, karena masyarakat bisa melakukan pengawasan secara terus menerus. Utamanya pada sarang jentik-jentik yang menjadi cikal bakal nyamuk pembawa virus ini.

Penanganan masalah ini, sudah diinstruksikan mulai dari tingkat menteri hingga ke lingkungan petugas kesehatan terkecil di puskesmas-puskesmas. Melakukan penyuluhan, melakukan tindakan fogging, pemusnahan sarang jentik-jentik, dan langkah-langkah lainnya.

Dalam prosesnya, Tjetjep mengatakan bahwa peran masyarakat sangat penting dalam menentukan keberhasilan penanggulangan virus DBD ini. Dimana pemerintah melalui Dinkes hanya bisa menjalankan proses pencegahan melalui obat dan kegiatan fogging  secara bertahap, sementara masyarakat bisa senantiasa memanau jentik-jentik yang menjadi cikal bakal hadirnya virus ini.

"Fogging itu hanya sementara, setelah itu kalau ada nyamuk yang menetas maka akan kembali mengancam, terlebih kita tidak tahu persis kawasan yang banyak jentik-jentik," ucapnya.

(das)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews