BKSDA Batam Cuek soal Ancaman Buaya di Lingga

BKSDA Batam Cuek soal Ancaman Buaya di Lingga

Buaya berukuran besar yang berhasil ditangkap warga di Sungai Desa Kerandin, Lingga tahun lalu (Foto:ist/Batamnews)

Lingga - Salah seorang warga Desa Mentuda, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, Awang Jinet menilai, pernyataan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Batam terkait mengganasnya buaya karena prilaku manusia, terkesan meremehkan.

Menurutnya, pernyataan BKSDA menyalahkan masyarakat dan membela buaya. Padahal, nyawa manusia lebih berarti dari pada nyawa seekor buaya yang kapan saja dapat memangsa manusia.

"Kami menilai bahasa dari BKSDA Batam seolah-olah mensepelekan nyawa manusia. Perlu dia ketahui bahwa nyawa manusia itu lebih ada harga dari pada buaya. Kalau tidak dimusnahkan, nanti lama-lama banyak buaya dari pada manusia," kata Awang kepada Batamnews.co.id, Senin (14/1/2019).

Ia mengaku, saat ini kehadiran buaya di beberapa sungai yang ada di Lingga, seperti di Desa Mentuda sendiri, sudah meresahkan. Maka patut ada perhatian khusus agar tidak mengancam nyawa manusia yang beraktivitas di sungai rawan hewan buas itu.

"Jangan BKSDA hanya menyalahkan manusia karena membuang sampah sembarangan. Kalau buaya itu sudah lapar, dia pasti naik ke darat mencari mangsa. Jadi jangan bicara seperti itu," ujarnya.

Lanjut Awang, di wilayah Mentuda buaya seringkali naik ke darat. Jika malam hari, disekitar sungai perkampungan tersebut bisa dilihat buaya yang timbul di permukaan air.

"Tolong ditanggapi. Kalau seperti ini kan seolah membiarkan. Jadi tugas mereka ini apa, melindungi buaya atau menyelamatkan manusia? Sekarang ini banyak masyarakat yang dimangsa buaya. Apakah binatang itu harus kita lindungi jika sudah memangsa manusia," tuturnya.

Dengan demikian, ia berharap Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lingga dapat mencari solusi terkait perkembangbiakan buaya yang semaki meningkat. Jika tidak, pastinya akan mengancam nyawa manusia.

"Jangan nantinya jika sudah ada warga yang jadi mangsa buaya, baru sibuk," kata dia.

Sebelumnya, BKSDA wilayah II Batam menyebutkan, mengganasnya buaya kebanyakan penyebabnya karena warga ada yang mulai mengusik habitat buaya. Kemudian, perubahan perilaku manusia justru membuang sampah-sampah organik yang bisa dimakan buaya.

Sedangkan di Lingga, umumnya lingkungan yang menjadi sarang buaya malah dijadikan keramba, sehingga memancing buaya kesana. Karena tidak perlu jauh-jauh lagi mencari makan.

Kemuculan buaya di sekitar aktivitas warga kebanyakan disebabkan oleh kelalaian manusianya sendiri. Seperti membuang sampah-sampah yang bisa memancing buaya itu datang.

Baca: Lingga Catat Kasus Tertinggi Satwa Liar Masuk ke Permukiman Warga

(ruz)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews