Curhatan Siswa Difabel Meira Hadapi Bullying

Curhatan Siswa Difabel Meira Hadapi Bullying

Meira, siswa Difabel di Batam yang selalu mendapat bullying (Foto:Batamnews)

Batam -  Meira asik bermain dengan teman-temannya di Pizza Hut Nagoya Batam. Mereka terlihat sedang berbincang tentang sesuatu mengunakan bahasa isyarat. 

Sesekali Meira dan empat kawan perempuannya yang lain tertawa. Hanya mereka dan orang-orang yang bisa bahasa isyarat saja yang mengerti pembicaraan mereka. 

Meira dan puluhan murid lainnya merupakan siswa SLB SMA Kartini Batam. Mereka sedang mengikuti pelajaran lapangan di Pizza Hut, mulai dari belajar memasak dan mencuci tagan dengan bersih, Kamis (20/12/2018). 

Meira merupakan satu dari ratusan murid SMA Kartini yang berprestasi. Ia pernah menjuarai beberapa lomba.

Namun, di tegah prestasinya Meira dikucilkan dilingkungan anak-anak normal. Begitu juga yang dirasakan ratusan murid lainnya. Lingkungan mesyarakat normal di Batam bagi mereka adalah ancaman. 

Prestasi Ditengah Keterbatasan

Meira merupakan murid yang mengenyam pendidikan sejak kecil di sekolah Kartini Batam. Hampir setiap tahun beberapa lomba ia ikuti. 

Hasil yang ia peroleh cukup membanggakan. Seperti lomba desain grafis, bahkan ia sampai ke tingkat nasional.

"Meira pernah ikut lomba desain grafis tingkat Provinsi Kepri, pernah juara II, Juara I antar disabilitas," kata Retno guru pendamping Meira kepada Batamnews.co.id.

Bahkan tahun 2017, Meira pernah mengikuti lomba yang sama secara nasional tetapi ia belum berhasil keluar sebagai juara mewakili Provinsi Kepri. 

Difabel Kurang Diterima di Batam

Meira bercerita bagaimana ancaman lingkungan dan bulian orang normal kepada dirinya. Bahkan ia tidak keluar rumah menghindari hal tersebut.

Namun, selama menghadapi ancaman itu, Meira mencari sisi positif dengan cara membantu orang tuanya di rumah. "Saya bantu ibu buat keripik singkong di rumah," kata Meira bercerita menggunakan bahasa isyarat. 

Bersama orang tua, bagi Meira bisa membuat ia aman dari bulian. Bahkan ia bercita-cita setelah sekolah hanya membantu orang tuanya membangun usah keripik singkong di rumah. 

"Karena takun sama kawan-kawan normal, dan juga oran tua Meirta melarang kerja," kata Meira.

Namun, Meira mengaku mempunyai cita-cita besar, ia ingin menjadi koki hebat. Gadis kelas 1 SMA ini hanya memendam cita-cita itu karena ancaman lingkungan yang diterimanya. 

"Kalau dia (Meira) biasa aja dikeramaian, cuman orang lain aja yang tidak bisa menerima mereka," kata guru pendamping Meira, Retno.

Seharunya lingkungan luar mereka harus menjadi tempat mereka berkeluh kesah. Bukan malahan ancaman. Pemahaman masyarakat tentang itu masih minim di Kota Batam. 

"Hampir semua masyarakat Batam, mereka tidak paham," katanya.

(tan) 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews