Kisah Suami yang Bertahun-tahun Jadi Korban KDRT Sang Istri

Kisah Suami yang Bertahun-tahun Jadi Korban KDRT Sang Istri

Ilustrasi (Foto: liputan6.com)

London - Dean, bukan nama sebenarnya, selama bertahun-tahun menjadi korban kekerasan rumah tangga.
"Dia sangat menguasai kehidupan saya. Setiap kali saya menerima gaji, ia langsung mengambilnya dari bank," kata Dean, dalam acara BBC Victoria Derbyshire.

"Dia juga sering melempar barang-barang ke muka saya...," ungkap Dean.

Dean tak tahan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pasangan dan tinggal di satu rumah singgah.

Ia mengatakan kekerasan yang ia alami lebih sering berupa kekerasan verbal.

"Ia sering berteriak ke saya, selain juga melempar barang, seperti piring ke muka. Saya punya bekas luka di kepala terkena lemparan piring," katanya.

Dan dirujuk ke rumah singgah Northamptonshire Domestic Abuse Service (NDAS) atas rujukan rumah sakit setelah ia tiba-tiba saja jatuh pingsan di kantor.

Ia mengatakan ia pingsan karena dilarang makan oleh pasangannya dan ia mengalami dehidrasi.

Matthew Cunningham, staf yang bekerja di rumah singgah, mengatakan laki-laki yang menjadi korban kekerasan rumah tangga biasanya tidak melaporkan diri atau meminta bantuan. (BBC)

"Saya tak boleh makan di rumah," kata Dean.

Di Inggris, diperkirakan satu dari enam laki-laki menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, namun jumlah yang mencari pertolongan sangat minim.

Dean mengatakan dirinya selama ini tidak mencari pertolongan karena ia tak pernah mengira ada lembaga yang memberi bantuan bagi korban-korban kekerasan dalam rumah tangga.

Menganggap bukan korban

Matthew Cunningham, staf yang bekerja di rumah singgah, mengatakan bisa dipahami jika laki-laki yang menjadi korban kekerasan rumah tangga tidak melaporkan diri atau meminta bantuan.

"Memang tak banyak yang memberi perhatian atas masalah ini," kata Cunningham.

"Kaum laki-laki tak menganggap mereka sebagai korban, mereka tak sadar bahwa kasus yang mereka hadapi adalah kekerasan dalam rumah tangga dan karenanya tidak meminta bantuan," katanya.

Rumah singgah NDAS didirikan sepuluh bulan lalu dan bisa menampung tiga laki-laki dan satu anak.

Ini adalah satu-satunya rumah singgah bagi laki-laki di Inggris.

Hanya beberapa pekan setelah dibuka, tiga kamar di rumah singgah ini langsung terisi. Mereka menolak menampung 50 laki-laki yang dirujuk rumah sakit karena tidak ada tempat bagi mereka.

Meski demikian NDAS terancam tutup karena kekurangan dana operasional.

Pengelola sudah meminta bantuan pemerintah daerah, namun karena pemerintah daerah mengalami kesulitan keuangan, NDAS tak bisa mendapatkan bantuan.

Pada Juli lalu pemerintah mengatakan telah mengalokasikan tambahan dana sebesar Pound 19 juta atau sekitar hampir Rp350 miliar untuk menangani kasus serangan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.

Sejauh ini, NDAS tak termasuk lembaga yang menerima dana tersebut.

Bagi Dean ini bukan kabar yang menggembirakan. Ia ingin ada pihak yang membantu NDAS sehingga para korban seperti dirinya bisa dibantu untuk bisa mandiri.

"Saya berharap bisa bekerja kembali seperti dulu ... saya ingin mandiri," katanya.

(aiy)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews