Catatan hitam di hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Jeritan Lirih Perempuan-perempuan Malang

Jeritan Lirih Perempuan-perempuan Malang

Ilustrasi

Miris terasa ketika sebuah tabir kekerasan perempuan dan anak di negeri ini terkuak. Meski tak bisa dipungkiri, banyak kasus-kasus yang tak tersibak.

 

Hal itu seakan sebagai hadiah kelam bagi bangsa ini di Hari Anti Kekerasan Perempuan Internasional. 

Di Batam, baru-baru ini kasus praktek perdukunan cabul menjadi buah bibir. Catatan tahunan kasus kekerasan perempuan dan anak di bandar madani ini pun kian bertambah. Kekerasan perempuan dan anak mayoritas terjadi di dalam lingkungan keluarga.

Yayasan Embun Pelangi sebagai lembaga yang fokus pada isu perempuan dan anak terutama eksploitasi seksual anak menyatakan, pada tahun hingga November 2018, ada 15 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 7 kasus kekerasan seksual pada anak. 

Unit Pendamping Korban, Yayasan Embun Pelangi, Retno Ekaresti Permata Sari mengatakan, banyak kekerasan seksual dilakukan oleh ayah kandung tidak disadari oleh mereka yang menjadi korban. 

“Banyak korban gak sadar, dia pikir yang dilakukan ayahnya termasuk bentuk kasih sayang,” ujarnya.

Tahun 2017 bahkan ada 17 kasus. Tapi, ini bukan berarti tingkat kekerasan di Batam mengalami penurunaan. “Ini kan yang dari Embun Pelangi saja, Kita belum tahu dari lembaga yang lain,” ujar Eka.

Menurutnya, semakin banyaknya lembaga-lembaga perempuan dan anak yang diketahui masyarakat, turut mempengaruhi data jumlah korban yang terdeteksi oleh Yayasan Embun Pelangi. 

“Sekarang kan sudah banyak lembaga yang tergabung dalam Aliansi NGO, lembaga-lembaga yang fokus juga terhadap isu perempuan dan anak,” katanya.

Berdasarkan data tahunan yang diterbitkan oleh komnas perempuan, ada 348 kasus kekerasan terhadap perempuan dari 2017-2018 yang tercatat. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya. 

Peningkatan terbanyak terjadi pada anak perempuan. Peringkat kedua, terjadi pada kekerasan dalam pasangan pra-nikah. 

Walaupun begitu, peringkat pertama dalam kasus kekerasan dari tahun ke tahun masih terjadi terhadap istri (rumah tangga). Kekerasan ini sering terjadi dengan kekerasan fisik 41% dan kekerasaan seksual 31%.

Peningkatan kasus kekerasan terhadap anak perempuan paling banyak dilaporkan karena perbuatan ayah dan paman. Ini artinya orang terdekat masih jadi aktor utama dalam kejahatan ini.

Lembaga Kemanusiaan, Komnas Perempuan dan Komunitas Peduli Anak Dan Perempauan diharapkan mampu mengkampanyekan suara hati korban dan memberikan dukungan psikologis.

Momen ini merupakan hari besar untuk mengkampanyekan kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak. 

Eka menuturkan dari korban penanganan YEP sendiri, kondisinya sangat berbeda. “Jika perempuan datang dengan kondisi marah, sedangkan anak datang dengan kondisi linglung hingga perubahan sikap signifikan,” ujarnya.


Korban kekerasan bisa gila

Ketua Komisi Migran, Perantau Pastoral Migran dan Perantau Kepri, Chrisanctus Paschalis Saturnus mengatakan rata-rata perempuan korban kekerasan yang ditangani pihaknya mengalami traumatis dan ketakutan. 

“Mereka kecewa, harapan yang dipirkan tidak sesuai dengan kenyataan,” ujar pria yang akrab disapa Romo Paschal ini.

Bahkan kondisi terparah korban yang pernah ditangani pihaknya adalah gangguan kejiwaan. “Kita pernah menolong korban dengan kondisi gila hingga kesurupan,” ungkapnya.


Psikologis

Kekerasan baik secara seksual maupun fisik dan psikis bakal terus membekas pada psikologis korban.

Psikolog dan Pendiri Widad Community, Melly Puspita mengatakan, tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak memberikan efek jangka panjang bagi korban. 

“Efek pasca-kejadian akan membuat traumatic event yang akan dia terima seumur hidup,” kata Melly.

Melly mengatakan trauma yang diderita korban bisa disembuhkan tapi butuh jangka waktu yang panjang. “Tingkat Ketajaman berdampak pada seberapa lama trauma tersebut bisa sembuh,” katanya.

Ia menjelaskan masyarakat juga bisa memberikan sumbangsihnya jika ada korban kekerasan di lingkungan sekitar. Masyarakat bisa memberikan pujian hingga memberikan dukungan kekuatan kepada korban. 

“Kita bisa mengatakan kamu cantik atau kuat kepada korban, bahkan kita bisa menguatkan korban bahwa kita berada di pihaknya,” jelas Melly.

(Dyah Asti)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews