Rokok dan Bensin Picu Inflasi 0,16 Persen di Kepri

Rokok dan Bensin Picu Inflasi 0,16 Persen di Kepri

Ilustrasi.

Batam - Komoditas rokok dan bensin menjadi pemicu inflasi di Kepri sebesar 0,16 persen pada Oktober 2018. Selain dua komoditas itu, tembakau juga memiliki andil terjadinya inflasi.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada Oktober 2018 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,16% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,09% (mtm).

Namun angka itu lebih rendah dibandingkan IHK nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm). 

Jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya 3 (tiga) tahun terakhir yang mengalami deflasi 0,0002% (mtm), inflasi Kepri Oktober 2018 tercatat lebih tinggi. 

“Secara tahunan, inflasi IHK Oktober 2018 tercatat sebesar 2,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi September 2018 sebesar 3,18% (yoy)” ujar Gusti Raizal Eka Putra, Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi (TPID) Kota Batam, dalam siaran persnya Rabu (7/11/2018). 

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Kepri didorong oleh peningkatan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,72% (mtm) dan andil 0,12% (mtm). 

“Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau utamanya bersumber dari subsektor tembakau dan minuman beralkohol yang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,29% (mtm) dan andil 0,10%,” katanya.

Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Oktober 2018 mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm) dengan andil 0,05% (mtm). 

Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan adalah komoditas bensin. Bensin mencatatkan inflasi sebesar 1,17% (mtm) dengan andil 0,05% (mtm). 

“Kenaikan harga bensin disebabkan oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Khusus (BBK) yang dilakukan oleh Pertamina di seluruh Indonesia termasuk Kepri per tanggal 10 Oktober 2018,” jelasnya.

Penyesuaian harga BBM jenis Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Solar Non-Subsidi dilakukan sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia yang diawal Oktober 2018 telah menembus USD 80 per barel.

Untuk Batam mengalami inflasi sebesar 0,13% (mtm) atau 2,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan September 2018 yang mengalami deflasi sebesar 0,09% (mtm) atau inflasi 3,34% (yoy). 

Sedangkan Tanjungpinang mencatatkan inflasi sebesar 0,29% (mtm) atau 2,50% (yoy), meningkat dibandingkan bulan lalu yang mengalami deflasi sebesar 0,13% (mtm) atau inflasi 2,18% (yoy). 

Komoditas utama penyumbang inflasi di Batam antara lain adalah komoditas cabai merah, rokok kretek, serta rokok kretek filter. 

“Sementara itu, inflasi di Tanjungpinang dipicu oleh peningkatan harga cabai merah dan bayam,” kata Gusti.

(ret)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews