7 Perusahaan Tutup di Batam Sepanjang 2018, Ini Respons BP Batam

7 Perusahaan Tutup di Batam Sepanjang 2018, Ini Respons BP Batam

Kawasan industri. (Foto: Ilustrasi)

Batam - Sepanjang tahun 2018, tujuh perusahaan penanaman miodal asing (PMA) di Kota Batam tutup. Kendati demikian, Badan Pengusahaan (BP) Batam tetap optimis akan ada perusahaan baru yang akan berinvestasi.

Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Badan Pengusahaan (BP) Batam, Ady Soegiharto mengatakan kondisi perusahaan tutup ini terjadi hampir di seluruh daerah.

"Hampir semua daerah seperti itu. Ada perusahaan tutup, ada perusahaan baru. Kami tetap berupaya bagaimana Batam tetap jadi tujuan investasi," ujar Ady, Rabu (19/9/2018).

Untuk tujuh perusahaan tutup di Batam, Ady mengatakan, lima diantaranya secara resmi mengajukan permohonan administrasi ke PTSP BP Batam. Empat mengajukan pencabutan izin penanaman modal, satu mengajukan pembatalan izin penanaman modal. "Satu perusahaan yang batal ini baru masuk 2018. Alasan pembatalannya kita tidak tahu kenapa," katanya.

Sedangkan empat perusahaan lain yang mengajukan pencabutan, rata-rata perusahaan lama yang berdiri sekitar 1990-an di Batam. Nilai investasi ke empatnya lebih kurang sebesar 7,4 juta dolar Amerika. Alasan penutupan, lebih dikarenakan produk yang dihasilkan sudah tidak kompetitif lagi. Mereka kalah saing dengan produk lainnya yang menawarkan inovasi.

"Dari tujuh perusahaan tutup itu, dua di antaranya tidak lewat proses administrasi di PTSP. PT Hantong dan PT Nagano. Hantong sudah selesai, untuk Nagano belum. Kami masih coba fasilitasi, bantu selesaikan permasalahannya," kata Ady.

Namun disamping itu, saat ini sudah ada beberapa perusahaan PMA yang hadir di Batam. Dan sedang dalam proses percepatan revitalisasi investasi. Salah satu perusahaan baru itu berada di kawasan industri Horizon Industrial Park di Sagulung.

Ady menyampaikan bahwa perusahaan itu masuk ke Batam sekitar April lalu lewat jalur reguler. Nilai investasinya lebih kurang 5 juta dolar Amerika. Dari informasi, saat ini perusahaan tersebut sedang memasukkan alat permesinan ke gudangnya.

"Progresnya mungkin sekarang sudah 75 persen. Kita belum cek bidang usaha mana dari empat itu yang akan dikerjakan duluan," ujarnya.

Ady menyebutkan perusahaan tersebut akan mengerjakan empat bidang usaha. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan gabungan antara Thailand, Hongkong, dan Indonesia.

"Di antaranya ada produk makanan dari kelapa, penyedap makanan, minyak goreng dari kelapa," kata dia.

Di luar itu, sejak Online Single Submission (OSS) diterapkan Juli lalu, setidaknya sudah 100-an pelaku usaha mendaftarkan izin usahanya hingga saat ini. "Kami masih cek dari jumlah itu berapa perusahaan lama, berapa perusahaan baru yang akan merealisasikan izin usahanya," kata Ady.

(ret)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews