Ini Alasan Desa Busung Dipilih Jadi Lokasi Bandara Terbesar se-Asia

Ini Alasan Desa Busung Dipilih Jadi Lokasi Bandara Terbesar se-Asia

Mou pembangunan Bandara Busung Bintan. (foto: ary/batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Bintan - Managing Direktur Bandara Busung Bintan atau Bintan Aviation Investmen (BAI), Michael Wudy mengatakan pembangunan Bandara Busung Bintan ini didukung penuh oleh beberapa perusahaan swasta. Diantaranya Group Galant Venture Ltd. (GVG), Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF), Sriwijaya Air Group (SAG).

"Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Pemerintah Pusat, Pemprov Kepri dan Pemkab Bintan juga memberikan dukungan penuh. Sehingga bandara ini akan digesa pembangunannya hingga akhir 2019 mendatang," ujar Michael Wudy kepada Batamnews.co.id, kemarin.

Dipilihnya Desa Busung untuk pembangunan bandara terlengkap dan terbesar se-Asia karena beberapa faktor. Diantaranya letak geografis Bintan dekat dengan Singapura yang menjadi salah satu pusat perwakilan perusahaan dunia yang bergerak di industri penerbangan. 

Kemudian antara bandara dan pelabuhan telah terintegrasi sehingga pergerakan komponen pesawat lebih mudah dan efesien. Selain itu, Bintan juga menjadi bagian dari area perdagangan bebas/free trade zone (FTZ) sehingga memberikan nilai tambah.

"Jadi dengan adanya Bandara Busung ini, tidak hanya wisatawan saja yang diserap. Tapi diharapkan pelaksanaan perawatan pesawat juga bisa lebih cepat," katanya.

Bandara Busung ini ke depannya tidak hanya sekedar melayani keberangkatan dalam dan luar negeri saja. Tetapi juga untuk perawatan pesawat dari seluruh dunia. Sehingga GMF dan SAG akan membangun hangar perawatan pesawat atau Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) serta menyediakan penerbangan pesawat berbadan lebar (wide body).

"Hangar Bandara Busung melengkapi hangar yang telah beroperasi di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkreng. Berikutnya akan dibangun Componen Shop dan engine shop beserta produk dan jasa pendukungnya," bebernya.

Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Agus Santoso mengatakan pertumbuhan pasar perawatan pesawat di Indonesia baru 15 persen per tahun. Bahkan pasar yang diserap baru 40 persen sedangkan 60 persennya lagi kebanyakan perawatan pesawat di luar negeri.

"Dengan adanya Bandara Busung bisa mengambil alih perawatan pesawat yang selama ini di luar negeri," ujarnya.

Lokasi Bandara BAI yang dibangun GVG sangat strategis. Bahkan pembangunan bandara itu sudah memenuhi segala persyaratan dan sesuai dengan aturan yang diberlakukan Kemenhub. Kemudian tata letaknya sangat tepat karena dekat dengan pantai, memiliki panjang landasaan bertaraf internasional serta fasilitasnya lengkap dan keamananya terjamin. 

"2016 lalu ada suatu gebrakan baru dengan mensinergikan Bandara Busung dengan bandara dikelola PT Angkasa Pura II. Sebab bandara yang dikelola BUMN itu telah mengantongi Badan Usaha Bandaudara (Bubu)," sebutnya.

Kerjasama itu dengan melakukan MoU Bisnis to Bisnis (B to B) antara Bandara Busung dengan bandara dikelola PT Angkasa Pura II, khususnya Bandara Hangnadim Batam. Maka dengan cara itulah, Bandara Busung bisa dipergunakan untuk penerbangan dengan rute keseluruh pulau-pulau dan luar negeri.

Jika berjalan lancar, wisatawan mancanegara yang selalu mengunjungi Kawasan Pariwisata Lagoi tidak perlu lagi berangkat melalui Batam, Singapura dan Malaysia. Melainkan dari luar negeri langsung menuju Bandara Busung di Bintan.

"Selain memenuhi segi hukum kebandaraudaraan juga akan berdampak pada berkembangnya potensi pariwisata di Bintan. Sehingga kunjungan wisatawan yang ditargetkan pemerintah pusat akan tercapai," tutupnya. 

(ary)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews