Kampung Segeram, Pusaka Natuna yang Nyaris Terlupakan

Kampung Segeram, Pusaka Natuna yang Nyaris Terlupakan

Kampung Segeram Natuna (Foto: Instagram)

Natuna, Batamnews - Kampung Segeram, terletak di sebelah barat Pulau Bunguran Besar, masuk dalam wilayah pemerintahan Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Natuna, Kepulauan Riau, dipercaya sebagai lokasi penduduk awal yang menempati Kabupaten Natuna. 

Cerita turun temurun dari nenek moyang ini diperkuat dengan adanya beberapa makam tua yang ada di dekat area kampung.

Diketahui, Kampung Segeram terdiri dari 2 RT dan masuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Barat yang pusat kotanya ada di Pulau Sedanau. Namun, minimnya infrastruktur dinilai menjadi salah satu penyebab 'kampung tua' tersebut mulai ditinggalkan penduduknya.

Salah satu tokoh di Kampung Segeram, Kaslim, mengatakan bahwa belum ada cerita yang pasti dan detail tentang awal mula Segeram. 

Baca juga: Menikmati Keindahan Pantai Mak Yah di Tengah Suasana Kampung Melayu yang Sejuk

Ia hanya tahu dari orang tuanya bahwa sebelum ada Natuna, Kampung Segeram menjadi pusat kota di wilayah kepulauan yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.

Kaslim menjelaskan bahwa telah banyak penelitian tentang adanya makam tua di Kampung Segeram, tetapi masih belum dapat terbaca sudah ada sejak abad berapa. Menurut cerita yang beredar, manusia yang masuk ke Segeram ini bukan asli Indonesia. 

Kabarnya, mereka berasal dari putri Raja Teuku Fatimah, perempuan, dari kerajaan yang merantau atau berlayar bersama dayang-dayangnya, mengasingkan diri, masuk ke sungai Segeram ini.

Akses ke Kampung Segeram dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, dengan jalur darat menggunakan motor atau mobil sekitar 2-2,5 jam perjalanan dari pusat kota di Ranai. Sebagian jalan memang sudah diaspal, tetapi sebagian lagi masih jalan tanah di tengah hutan yang sepi dan licin serta becek saat hujan.

Kedua, lewat laut melalui Pelabuhan Semente dengan menggunakan kapal pompong sekitar 10-15 menit hingga sampai ke Kampung Segeram. 

Sebagian besar masyarakat Segeram yang merupakan nelayan dinilai lebih berharga memiliki kapal pompong dibanding motor atau mobil, karena kapal ini menjadi penunjang dalam berniaga menjual hasil tangkap ikan, berbelanja kebutuhan logistik, hingga mengantar anak sekolah yang ada di Pulau Sedanau.

Saat ini, Kampung Segaram ditempati sekitar 30 KK, belum termasuk yang tidak memiliki KK. Saat jumatan, jumlah jemaahnya hanya 30 orang, itu pun termasuk dari guru-guru SD dan SMP yang bukan warga Segeram.

Baca juga: Alias Wello Siap Jadi Sponsor Utama Penaah Fishing Festival 2024, Demi Bantu Ekonomi Masyarakat

Kaslim, yang lahir dan tumbuh di Segeram, mengaku bahwa penduduk dulu jauh lebih ramai. Walaupun belum tersentuh pembangunan dari pemerintah, baik itu jalan, bangunan, sekolah, fokus jalan dan segala macamnya itu memang masih swadaya masyarakat, tapi penduduknya lebih ramai dulu berbanding sekarang.

Di Segeram, kini mulai ada SMP, meskipun dengan jumlah siswa yang tak pernah lebih dari 6 orang. Jumlah siswa di SD juga hanya belasan orang saja. Selain itu, di Segeram juga sudah dibangun stasiun pemancar atau tower Base Transceiver Station (BTS) oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo untuk akses telekomunikasi warga.

Sebelum ada tower BTS, warga Kampung Segeram yang ingin menelepon harus mencari tempat tertentu untuk mendapat sinyal. Kini, warga bisa lancar untuk menelepon, termasuk internetan.

Kaslim berharap adanya peningkatan infrastruktur, terutama pembangunan jalan, untuk memudahkan akses dari Kampung Segeram ke pusat kota maupun antarkampung. Menurutnya, dengan adanya akses transportasi darat, penduduk yang ada saja sudah merupakan keberhasilan, tidak perlu berharap penduduk pendatang dari luar.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews