Mengenal Kekuatan dan Kelemahan Iron Dome Milik Israel dalam Menghadapi Serangan Roket

Mengenal Kekuatan dan Kelemahan Iron Dome Milik Israel dalam Menghadapi Serangan Roket

Sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel (kiri) mencegat roket (kanan) yang ditembakkan oleh gerakan Hamas menuju Israel selatan dari Beit Lahia di Jalur Gaza utara seperti yang terlihat di langit di atas Jalur Gaza semalam pada 14 Mei 2021. (Foto: AFP PHOTO/ANAS BABA)

Gaza, Batamnews - Sistem pertahanan Iron Dome diakui sebagai yang tercanggih di kelasnya. Diluncurkan pada tahun 2011, Kementerian Pertahanan Israel menyatakan tingkat keberhasilannya mencapai 90%, meskipun selama serangan terbaru oleh roket Hamas, Iron Dome mengalami beberapa kebocoran.

Iron Dome secara khusus diciptakan untuk menghadapi serangan roket jarak pendek yang biasa digunakan oleh Hamas dan kelompok lain di sekitar Israel.

"Senjata ini unik karena merupakan sistem terdepan dalam menghadapi ancaman roket jarak pendek," kata Jean-Loup Samaan, seorang peneliti dari Middle East Institute di National University of Singapore.

Namun, kelemahan Iron Dome terletak pada kemampuannya untuk menghadapi rudal jarak jauh. Sebagian besar orang mungkin mengira bahwa Iron Dome dapat mendeteksi dan menangkis segalanya, namun sistem ini dirancang untuk menghadapi senjata yang kurang canggih, seperti roket.

Baca juga: AS Kirim Kapal Induk Kedua ke Timur Mediterania, Cegah Iran hingga Hizbullah Bantu Gaza

Iron Dome tidak dapat mengintersep misil balistik yang mungkin datang dari negara seperti Iran; tugas semacam itu diemban oleh sistem lain Israel seperti David's Sling dan Arrow.

"Bahkan sebagian senjata Hizbullah di Lebanon, seperti rudal balistik jarak menengah, senjata presisi, atau senjata jenis yang lebih canggih, akan jauh lebih sulit untuk dihadang oleh Iron Dome," jelasnya.

"Iron Dome memang mengesankan dari segi teknologi, namun ia tidak bisa berdiri sendiri untuk melindungi negara dari semua ancaman di sekitarnya," tambah Jean.

Iron Dome awalnya dikembangkan oleh Israel, oleh perusahaan Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industries. Namun, mulai tahun 2022, Amerika Serikat ikut membantu dalam pendanaan dan berbagi teknologi. Saat ini, sebagian komponen Iron Dome diproduksi di AS.

Baca juga: Ultimatum Berakhir, IDF Siapkan Operasi Besar-Besaran di Gaza

Satu kelemahan lainnya mungkin terletak pada biayanya. Setiap kali misil diluncurkan, biaya berkisar antara USD 40 ribu hingga USD 50 ribu. Oleh karena itu, saat diserang oleh ribuan roket Hamas, biaya yang signifikan harus dikeluarkan. Selain itu, Iron Dome juga rentan jika diserbu secara berkelanjutan.

"Dengan membanjiri sistem ini dengan banyak roket, semakin sulit dalam jangka panjang untuk menghadangnya. Terlebih lagi, ada risiko serangan dari dua front jika mendapat serangan roket secara bersamaan dari Gaza dan Lebanon Selatan. Hal ini bisa menjadi masalah dalam menjaga keberlanjutan sistem," jelas Jean.

Iron Dome bekerja dengan mendeteksi roket yang datang menggunakan radar, dan mengirimkan informasi tersebut ke sistem kontrol senjata. Sistem ini kemudian melakukan kalkulasi rumit untuk mendeteksi trayektori, kecepatan, dan perkiraan target roket tersebut.

Jika roket tersebut diidentifikasi mengarah ke daerah padat penduduk atau lokasi strategis lainnya, Iron Dome akan meluncurkan misil Tamir untuk menghancurkan roket tersebut saat masih di udara.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews