Hasil Laut Pulau Rempang Melimpah, Warga Bisa Cuan hingga Jutaan Rupiah dari Teripang

Hasil Laut Pulau Rempang Melimpah, Warga Bisa Cuan hingga Jutaan Rupiah dari Teripang

Warga memperlihatkan tripang yang berhasil ia kumpulkan dari laut Rempang. (Foto: Asrul/Batamnews)

Batam, Batamnews - Pulau Rempang yang terletak di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), menjadi sorotan terkait dengan Proyek Strategi Nasional (PSN) yang membuat warga harus meninggalkan tempat mereka atau digeser.

Namun, masyarakat Pulau Rempang menolak perpindahan tersebut karena keberadaan hasil laut yang melimpah, menjadi penopang utama mata pencaharian mereka.

Salah satu hasil laut yang paling menonjol adalah tripang atau teripang. Hewan laut satu ini harganya mencapai 1,5 juta rupiah per kilogramnya.

Baca juga:  Perjuangan Nelayan Rempang di Batam Menyelam Cari Gonggong, dari Laut ke Meja Makan

Menurut Haji, seorang nelayan lokal, pengolahan tripang membutuhkan waktu yang lama, dengan dua tahap memasak dan proses pengasapan. Meski memakan waktu, tripang ini tetap menjadi komoditas berharga yang selalu ada di perairan Pulau Rempang.

"Kalau PT MEG itu masuk pastilah laut rusak, tak ada lagi tripang," ujar Haji, yang juga mengingatkan bahwa tripang hanya ada jika laut tetap bersih. Kehadiran tripang menunjukkan bahwa lingkungan laut di Pulau Rempang dalam kondisi baik.

Amran, seorang warga setempat, menjelaskan bahwa harga tripang sangat tinggi, dengan satu biji tripang mencapai 30 ribu rupiah, dan satu kilogramnya mencapai 1,5 juta rupiah. Orang Tionghoa lebih banyak mengonsumsinya, terutama menjelang perayaan Imlek.

"Semakin besar tripangnya, semakin tinggi harganya," kata Amran.

Baca juga: Mengenal Istilah Wang dan Yang dalam Kehidupan Bermasyarakat Melayu Rempang dan Galang

Pencarian tripang biasanya dilakukan saat air surut, bersamaan dengan mencari udang dan makanan laut lainnya. Selain tripang, ada satu jenis lainnya yang sangat mahal dijual, yaitu gamat.

Minyak gamat ternyata berasal dari hewan laut yang dikenal sebagai ulat bulu laut. Pengelolaannya rumit, dan setelah dibersihkan, dimasak, dan dijemur hingga kering, harganya dapat mencapai 450 ribu rupiah per kilogram saat kering.

Mencari tripang atau ulat bulu laut ini membutuhkan keahlian dan pengamatan yang cermat karena hewan-hewan tersebut berada di bawah lumpur atau menyerupai karang.

Masyarakat Pulau Rempang berkomitmen untuk melindungi lingkungan laut mereka dan menolak perubahan atau perubahan lingkungan yang dapat merusak ekosistem yang sangat kaya ini. Ini adalah bentuk pelestarian alam yang sangat penting bagi mereka, mengingat pentingnya hasil laut dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews